Industri konstruksi menghadapi berbagai tantangan seperti kompleksitas teknis, koordinasi lintas pemangku kepentingan, dan variabilitas yang berdampak pada waktu dan biaya proyek, sementara pendekatan manajemen proyek konvensional belum mampu mengatasinya secara menyeluruh. Project Production Management (PPM) dikembangkan sebagai solusi dengan memandang proyek sebagai sistem produksi dan mengelola lima pengungkit (desain produk, desain proses, kapasitas, inventori, dan variabilitas). Keberhasilan penerapan PPM terbukti di proyek Terminal 5 Bandara Heathrow dan oleh PT X di Indonesia sejak 2019, yang mampu meningkatkan efisiensi, keandalan pasokan, serta mencegah keterlambatan proyek. Namun, kajian ilmiah mengenai implementasi PPM di PT X, termasuk tantangan selama penerapan masih terbatas. Oleh karena itu, penelitian mengenai kajian penerapan PPM di PT X menjadi penting untuk dilakukan guna memahami gambaran penerapan PPM dan tantangan-tantangan yang dihadapi selama penerapan PPM.
Pengumpulan data terkait penerapan PPM dan tantangan yang dihadapi dilakukan melalui wawancara serta penelaahan dokumen PPM dari PT X. Data tersebut kemudian dianalisis untuk melihat kesesuaiannya dengan penerapan dan tantangan yang tercantum dalam literatur.
Berdasarkan hasil penelitian, penerapan PPM di PT X mencakup dua dari tiga elemen utama, yaitu Production System Optimization (PSO) dan Project Production Control (PPC) serta tiga dari lima pengungkit (five levers) yaitu desain proses, inventori, dan variabilitas. Selain itu, penerapan PPM ini didukung oleh software SPS meskipun belum menyeluruh. Tantangan yang dihadapi meliputi biaya tambahan software, keterbatasan teknis, tekanan kerja pada tim, perbedaan mindset dengan project control, serta kesulitan komunikasi lintas tim. Pembelajaran penting dari penerapan ini mencakup perlunya perubahan mindset, keterlibatan semua pihak, pengembangan SDM, serta alternatif tools sederhana jika penggunaan software menjadi kendala.
Perpustakaan Digital ITB