digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kinerja karyawan menentukan keberhasilan jangka panjang organisasi, namun banyak organisasi mengabaikan faktor seperti kepribadian. PT Jaya Real Property Tbk pernah menggunakan Myers?Briggs Type Indicator (MBTI) untuk rekrutmen dan pelatihan, tetapi kaitannya dengan kinerja karyawan belum pernah dievaluasi. Setelah beralih ke DiSC atas keputusan dewan, wawancara awal menunjukkan pertanyaan tentang apakah MBTI masih dapat memberikan wawasan dalam kolaborasi, konflik kepemimpinan, dan gaya kerja antargenerasi. Penelitian tentang validitas prediktif MBTI masih langka, terutama di sektor properti Indonesia, sehingga menciptakan celah yang ingin diisi oleh studi ini. Penelitian ini menanyakan: Apakah MBTI menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kinerja karyawan di PT Jaya Real Property Tbk? Untuk menjawabnya, studi ini hanya memfokuskan pada karyawan perusahaan. Sampel 84 responden dari populasi 513 orang ditentukan menggunakan rumus Slovin. Responden mengisi kuesioner MBTI dan adaptasi Indonesia dari Individual Work Performance Questionnaire (IWPQ), yang mengukur kinerja tugas, kinerja kontekstual, dan perilaku kerja kontraproduktif. Uji reliabilitas menunjukkan dimensi IWPQ konsisten. Data dianalisis menggunakan Independent Samples T?Tests, One?Way ANOVA, perbandingan post hoc Tukey HSD, dan uji nonparametrik Kruskal–Wallis untuk membandingkan kinerja antar dikotomi MBTI dan enam belas tipe kepribadian. Semua uji inferensial menghasilkan nilai p lebih besar dari 0,05, menunjukkan bahwa tipe kepribadian MBTI, baik sebagai dikotomi maupun tipe utuh, tidak secara signifikan memprediksi hasil kinerja karyawan. Hasil ini memberikan bukti empiris bagi hipotesis nol bahwa tidak ada hubungan signifikan antara tipe kepribadian MBTI dan kinerja karyawan di PT Jaya Real Property Tbk. Dengan demikian, keputusan perusahaan untuk memprioritaskan DiSC dibenarkan. MBTI masih dapat berguna sebagai alat reflektif atau pengembangan dalam lokakarya dan pembangunan tim, tetapi tidak boleh digunakan sebagai prediktor kinerja formal. Inisiatif sumber daya manusia sebaiknya memprioritaskan intervensi yang terkait dengan motivasi, pengembangan keterampilan, dan kepemimpinan, sambil terus mengevaluasi alat penilaian. Studi ini memperjelas peran prediktif MBTI yang terbatas dan memberikan bukti dari sektor properti Indonesia. Penelitian di masa depan perlu memperluas ukuran sampel, membandingkan MBTI dengan kerangka lain seperti Big Five atau HEXACO, mengeksplorasi hubungan longitudinal, dan memasukkan variabel seperti kecerdasan emosional dan budaya organisasi untuk memperkaya pemahaman.