2025 TS PP Made Jessita Kirandra [29023020] - Abstract
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa 2025 TS PP Made Jessita Kirandra [29023020] - List of Contents
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa 2025 TS PP Made Jessita Kirandra [29023020] - Chapter 1
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa 2025 TS PP Made Jessita Kirandra [29023020] - Chapter 2
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa 2025 TS PP Made Jessita Kirandra [29023020] - Chapter 3
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa 2025 TS PP Made Jessita Kirandra [29023020] - Chapter 4
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa 2025 TS PP Made Jessita Kirandra [29023020] - Chapter 5
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa 2025 TS PP Made Jessita Kirandra [29023020] - References
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa 2025 TS PP Made Jessita Kirandra [29023020] - Appendix
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa
Integritas merupakan faktor krusial dalam Manajemen Modal Insani atau Human Capital Management (HCM), yang berperan mendasar terhadap nilai-nilai perusahaan dalam membentuk perilaku etis di tempat kerja, kepercayaan, dan keberlanjutan organisasi. Kurangnya integritas pada karyawan dapat menyebabkan praktik tidak jujur, pelanggaran etika, penipuan, serta konflik di tempat kerja, yang dapat menyebabkan reputasi organisasi dan menurunkan kinerja perusahaan. Hal ini menjadikannya salah satu tantangan paling mendesak bagi perusahaan saat ini. Meskipun sangat penting, penilaian integritas tetap menjadi tantangan karena sifatnya yang multidimensional serta sulit untuk mengukurnya secara objektif. Banyak metode penilaian integritas saat ini hanya berfokus pada daftar perilaku atau kecenderungan etis yang dilaporkan sendiri oleh individu, yang rentan terhadap bias dan efek mengikuti keinginan sosial. Para profesional bidang HCM masih menemukan kesulitan dalam mengevaluasi integritas secara sistematis untuk siklus kerja karyawan, mulai dari rekrutmen dan seleksi, evaluasi kinerja, pengembangan kepemimpinan, hingga strategi retensi. Keterbatasan ini menekankan perlunya kerangka asesmen integritas yang lebih komprehensif dan valid.
Studi ini secara kritis meninjau teori dan alat asesmen integritas yang ada, kemudian menyoroti dua keterbatasan utama. Pertama, tes integritas berbasis kepribadian umumnya dilakukan sebagai penilaian yang berdiri sendiri, sehingga membatasi generalisasi dan penerapannya dalam lingkungan kerja. Kedua, praktik dan penelitian tentang integritas cenderung mengabaikan peran penilaian moral, meskipun secara teoretis aspek ini memiliki relevansi yang kuat terhadap perilaku etis. Di sisi lain, asesmen kognitif yang umum digunakan untuk mengukur integritas telah teruji kekuatannya, namun semakin rentan terhadap manipulasi akibat maraknya kebocoran soal tes.
Untuk mengatasi tantangan ini, studi ini mengusulkan pendekatan multidimensional dalam penilaian integritas dengan mengintegrasikan fungsi afektif dan kognitif dari integritas, yaitu melalui traits kepribadian dan penilaian moral. Karakteristik kepribadian diukur menggunakan OMNI Personality Inventory (OMNI), yang mengidentifikasi traits adaptif maupun maladaptif yang relevan dengan regulasi emosi, penyelesaian tugas, dan fungsi sosial. Pemilihan traits ini didasarkan pada keterkaitannya secara konseptual dengan Big Five Personality Traits, khususnya Conscientiousness, Agreeableness, dan Neuroticism, yang dalam penelitian sebelumnya terbukti memiliki hubungan dengan integritas. Sementara itu, penilaian moral dilakukan melalui subtes terpilih dari Multidimensional Aptitude Battery (MAB), yang mengevaluasi pemahaman terhadap norma sosial, penalaran situasional, serta pengambilan keputusan berbasis konsekuensi, dalam konteks integritas di tempat kerja. Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi kontribusi masing-masing instrumen dalam mengidentifikasi traits dan penilaian yang berkaitan dengan integritas, sehingga menghasilkan pemahaman yang lebih menyeluruh mengenai asesmen integritas di dunia kerja.
Sampel dalam studi ini terdiri dari 10.218 pelamar kerja (berusia 18 tahun ke atas) di Indonesia. Partisipan dipilih secara purposif untuk memastikan relevansi kontekstual terhadap asesmen integritas di lingkungan kerja. Mengingat sifat pengujian psikologis yang sensitif dan profesional, seluruh proses pengumpulan data dan penilaian dilakukan oleh tenaga profesional berlisensi sesuai dengan standar dan protokol etika guna menjamin validitas dan reliabilitas hasil. Kerahasiaan partisipan dijaga melalui proses anonimisasi data.
Temuan dari studi ini mengonfirmasi bahwa integritas dapat dikonseptualisasikan dan dinilai sebagai konstruk multidimensional yang mengintegrasikan elemen kepribadian dan penilaian moral. Melalui analisis korelasi, uji-t, dan uji proporsi binomial, penelitian ini mengevaluasi hubungan antara traits kepribadian dan penilaian moral dengan hasil penilaian integritas. Berdasarkan 20 traits dari OMNI, studi ini mengidentifikasi tiga dimensi laten yang didukung secara empiris: Task Completion (misalnya Ambition, Dutifulness, Orderliness, Obsessive-Compulsive), Emotional Regulation (misalnya Antisocial, Impulsiveness), dan Social Skill (misalnya Sincerity, Sociability, Warmth). Dimensi-dimensi ini menawarkan model yang lebih terstruktur dan dapat diinterpretasikan dalam menjelaskan faktor kepribadian yang berkaitan dengan integritas, melampaui keterbatasan model kepribadian konvensional.
Analisis penilaian moral melalui subtes MAB menunjukkan bahwa individu dengan kecenderungan psikopati (PT), yang diidentifikasi melalui perbedaan mencolok antara skor kognitif performa dan skor verbal, secara konsisten menunjukkan skor lebih rendah pada subtes yang relevan dengan integritas (misalnya Comprehension, Picture Arrangement, Picture Completion, Object Assembly), meskipun memiliki kemampuan kognitif umum yang baik. Perbedaan antara kecerdasan dan penalaran moral ini menegaskan pentingnya memasukkan aspek kognisi etis sebagai komponen tersendiri dalam penilaian integritas. Secara khusus, distribusi yang hampir seimbang antara profil PT dan normal dalam sampel mengangkat kekhawatiran penting terkait risiko etis dalam proses asesmen talenta—terutama terhadap individu yang secara kognitif unggul tetapi memiliki penilaian moral yang rendah.
Temuan empiris dari studi ini memberikan kontribusi secara teoretis dengan menjembatani model integritas berbasis kepribadian dan kognisi, serta secara praktis dengan menghadirkan kerangka penilaian integritas yang tervalidasi dan bersifat multidimensional. Integrasi antara pemetaan kepribadian dan evaluasi penilaian moral memperkuat praktik Human Capital Management saat ini, serta mendukung pengembangan kerangka penilaian integritas yang terstandarisasi dan dapat diterapkan dalam proses rekrutmen, evaluasi karyawan, maupun pengelolaan talenta.
Perpustakaan Digital ITB