

Konsumsi kopi di Indonesia tiap tahunnya meningkat dengan angka pertumbuhan di
rata-rata 8.22% per tahun dengan 94.5% bahan bakunya diproduksi oleh petani lokal.
Pertumbuhan ini memunculkan persaingan bisnis yang cukup besar pada sektor kopi,
dimana Janji Jiwa dan Kopi Kenangan merupakan 2 brand terbesar pada pangsa pasar.
Ketatnya persaingan menuntut pihak brand meningkatkan kreativitas dalam
memasarkan dan pengembangan kopinya, salah satunya yaitu melalui Social Media
Marketing Activities (SMMA). SMMA merupakan alat atau prasarana yang tujuan
utamanya membangun Brand Image dan Brand Awareness yang berkaitan secara tidak
langsung dengan Brand Equity (BE). SMMA juga terdiri dari Entertainment,
Interaction, Trendiness, dan Informativeness. Sementara, BE terdiri dari Brand
Loyalty, Brand Awareness, Perceived Quality, dan Brand Image. Mengetahui peran
SMMA dengan BE terhadap Purchase Intention (PI) diperlukan untuk menentukan
strategi brand owner dalam pengambilan keputusan.
Beberapa penelitian sudah mencoba untuk memahami peran SMMA dalam
mempengaruhi BE maupun PI. Namun penelitian-penelitian tersebut belum melihat
secara langsung SMMA terhadap PI yang dimediasi oleh BE. Dalam menentukan
responden, penelitian ini menggunakan Sentiment Analysis (SA) dari Electronic Word
of Mouth (E-WOM) yang dihasilkan melalui SMMA dari Janji Jiwa dan Kopi
Kenangan untuk melakukan pendekatan yang lebih baik atas respon konsumen secara
langsung.
Pengujian hipotesa pada penelitian ini menggunakan Structured Equation Modeling
(SEM) terhadap 288 responden yang terdiri dari 138 responden konsumen Janji Jiwa
dan 150 responden konsumen Kopi Kenangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa SMMA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap BE, sementara BE
berpengaruh positif dan signifikan terhadap PI. Hal ini mengindikasikan bahwa
intensitas aktivitas pemasaran di media sosial, terutama Instagram, tidak selalu
memperkuat brand equity dan bahkan dapat menurunkan persepsi konsumen yang
dapat disebabkan karena strategi atau konten yang kurang relevan. Namun, brand
equity yang kuat tetap berperan penting dalam meningkatkan niat beli konsumen.