Air merupakan kebutuhan dasar manusia yang memiliki peran penting dalam
keberlangsungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Dalam konteks Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) khususnya poin ke-6 tentang Air Bersih dan
Sanitasi Layak, penyediaan air bersih harus menjamin aspek ketersediaan, kualitas,
dan keterjangkauan bagi seluruh lapisan masyarakat secara berkelanjutan.
Kabupaten Bandung sebagai wilayah dengan pertumbuhan penduduk tinggi
menghadapi tantangan dalam menjaga keberlanjutan sistem penyediaan air bersih
terpusat, baik dari sisi sumber daya maupun manajemen layanan. Penelitian ini
bertujuan untuk menilai tingkat keberlanjutan penyediaan air bersih terpusat di
Kabupaten Bandung berdasarkan aspek kuantitas, kualitas, kontinuitas, serta tata
kelola dan kelembagaan. Pendekatan yang digunakan adalah deduktif-kuantitatif
dengan penerapan Analytic Hierarchy Process (AHP) untuk menentukan bobot dan
prioritas setiap kriteria keberlanjutan. Data diperoleh melalui studi pustaka, survei
lapangan, Focus Group Discussion (FGD), serta penyebaran kuesioner kepada
pakar dan pemangku kepentingan. Hasil penelitian mengidentifikasi 8 kategori dan
20 kriteria keberlanjutan, dengan kategori kebijakan menjadi prioritas tertinggi
(37,1%), diikuti oleh infrastruktur (18,9%) dan tata kelola (12,9%). Kriteria
prioritas meliputi dukungan pemerintah (30,90%), diikuti Kinerja ketahan jaringan
air (9,45%) serta teknologi pengolahan distribusi (9,45%). Secara umum, sistem
SPAM di Kabupaten Bandung telah memenuhi standar mutu, namun masih
menghadapi keterbatasan sumber air baku, kehilangan air yang tinggi, dan
ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan. Rekomendasi utama penelitian
mencakup penguatan kebijakan dan regulasi, optimalisasi sistem eksisting, serta
modernisasi teknologi dan digitalisasi pelayanan untuk mendukung pencapaian
target SDGs dan meningkatkan keberlanjutan penyediaan air bersih di masa
mendatang.
Perpustakaan Digital ITB