Kabupaten Bandung memiliki topografi pegunungan dengan iklim tropis dan curah hujan tinggi. Struktur ruang wilayahnya dibagi menjadi beberapa pusat kegiatan dengan hierarki berbeda, dipengaruhi oleh kawasan perkotaan Bandung Raya. Sistem penyediaan air minum (SPAM) di kabupaten ini terdiri dari jaringan perpipaan (PDAM dan non-PDAM) dan non-perpipaan (swadaya masyarakat). PDAM Tirta Raharja berperan penting dalam menyediakan air bersih, namun menghadapi tantangan seperti keterbatasan sumber air, kondisi jaringan yang perlu perawatan, dan ketimpangan distribusi. Data menunjukkan cakupan akses air bersih telah mencapai 84,54%, tetapi masih ada 15,46% penduduk yang belum terlayani. PDAM memanfaatkan air permukaan, mata air, dan sumur dalam, dengan variasi kuantitas dan kualitas yang mempengaruhi strategi pengelolaan SPAM. Dari sisi manajemen, PDAM menghadapi kendala seperti tingkat kebocoran air yang tinggi, kompetensi SDM yang belum memadai, dan sistem informasi yang belum terintegrasi secara optimal. Selain itu, aspek keuangan dan institusional juga menimbulkan masalah seperti rendahnya *return of equity*, birokrasi perizinan yang lambat, dan kesulitan akses terhadap sumber air baku.