Kepulauan Sunda Kecil (Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur)
merupakan wilayah yang berada di antara tiga sumber seismik, yaitu zona subduksi,
fold thrust back (FTB), dan sistem patahan naik back-arc di utara. Kombinasi
aktivitas dari ketiga sumber ini membuat wilayah tersebut sangat rentan terhadap
bencana tsunami. Tingginya populasi di wilayah pesisir serta keberadaan
infrastruktur penting di kawasan ini menambah urgensi dalam melakukan kajian
bahaya tsunami. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis Probabilistic
Tsunami Hazard Assessment (PTHA) menggunakan pendekatan fungsi Green
berbasis data simulasi dari Shallow Water Equation (SWE). Sebanyak 10.120
skenario tsunami dikembangkan dari 9 sumber patahan dengan distribusi slip
stokastik dengan metode Von Karman. Seluruh patahan dibagi menjadi 108
subfault, untuk memperkirakan respons gelombang tsunami di 255 titik lokasi
tinjau.
Tinggi tsunami maksimum dari seluruh skenario mencapai hingga 64 m, dengan
rerata tertinggi di titik tinjau ialah 1,31 m. Lokasi dengan frekuensi kejadian per
tahun tertinggi untuk gelombang ?1 m di antaranya adalah Jembrana, Buleleng
(Bali), Sumbawa bagian utara dan selatan (Nusa Tenggara Barat), serta Sikka dan
Manggarai Barat (Nusa Tenggara Timur). Peta bahaya tsunami (hazard maps)
menunjukkan bahwa pada periode ulang 2475 tahun terdapat lebih dari 57% lokasi
yang mengalami gelombang tsunami >3 m, dengan nilai maksimum mencapai >11
m. Sumber gempa dari zona subduksi Bali, Sumbawa Thrust, Flores Thrust dan
Timor FTB menjadi kontributor dominan terhadap kejadian tsunami signifikan
untuk 20 lokasi strategis.
Perpustakaan Digital ITB