Perkembangan infrastruktur dibeberapa wilayah di Indonesia mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Beberapa wilayah di Pulau Jawa dan Madura memiliki alokasi anggaran terbesar
untuk pembangunan infrastruktur yang diikuti dengan meningkatnya populasi serta
perekonomian pada wilayah tersebut. Akan tetapi terdapat ancaman bencana gempa yang
tinggi tehadap wilayah di Pulau jawa dan Madura yang didukung dengan sejarah kejadian
gempa merusak di wilayah penelitian, Kajian mitigasi bencana perlu dilakukan untuk
meminimalisir kerugian materiil dan immaterial, salah satunya dengan pemetaan bahaya
gempa. Metode PSHA (Probabilistic Seismic Hazard Analysis) merupakan salah satu
pendekatan dalam analisis bahaya gempa dengan memanfaatkan distribusi probabilitas terkait
skala, lokasi dan frekuensi kejadian gempa. Pemetaan bahaya gempa menggunakan metode
PSHA sudah banyak dilakukan di Indonesia, akan tetapi pemetaan tersebut belum melibatkan
data Vs30 sehingga hanya merepesentasikan nilai di batuan dasar. Hal ini yang akan menjadi
pembeda dengan penelitian sebelumnya, bahwa pemetaan bahaya gempa sudah
merepresentasikan nilai di permukaan. Penelitian ini menggunakan beberapa data dalam
pengolahan yaitu data sumber gempa, data nilai kecepatan gelombang geser hingga 30 meter
dan rujukan model GMPE (Groundmotion Model Prediction Equation). Data sumber gempa
meliputi data parameter model sumber sesar dan subduksi yang merujuk pada penelitian
sebelumnya, sedangkan data Vs30 berdasarkan data geomorfologi teknik. Pemetaan bahaya
gempa yang dihasilkan untuk periode ulang 2% 50 tahun pada periode PGA, 0,2 detik dan 1
detik yang direpresentasikan dengan nilai PGA (Peak Ground Acceleration). Pemetaan
tersebut meliputi pemetaan bahaya gempa di batuan dasar, pemetaan bahaya gempa di
permukaan dan pemetaan amplifikasi. Pemetaan bahaya gempa di batuan dasar untung periode
PGA, 0,2 detik dan 1 detik menunjukan nilai PGA yang secara spasial semakin besar kearah
selatan Pulau Jawa dan Madura. Rentang nilai PGA untuk ketiga periode tersebut yaitu 0,1 –
1,1 g, 0,2 g – 2,5 g dan 0,1 g – 2,0 g. Wilayah dengan nilai PGA terendah secara umum berada
di Utara Pulau Jawa dan Barat Pulau Madura dengan nilai PGA berkisar 0,1 g – 0.3 g untuk
peiode PGA, 0,2 g – 0,5 g untuk periode 0,2 detik dan 0,1 g – 0,4 g untuk periode 1 detik.
Sedangkan wilayah dengan nilai PGA tertinggi berada d Ujung Kulon dan Kabupaten
Sukabumi dengan rentang nilai 1 g – 1,1 g, 2 g – 2,5 g dan 2 g – 2,2 g untuk periode PGA, 0,2
detik dan 1 detik. Pemetaan bahaya gempa di permukaan memilki rentang nilai yang mirip
dengan pemetaan bahaya gempa di batuan dasar, akan tetapi peningkatan nilai PGA dan
sebaran wilayahnya semakin meluas sangat terlihat pada masing – masing periode. Pemetaan
bahaya gempa ini sudah merepresentasikan nilai PGA di permukaan karena dalam
perhitungannya sudah melibatkan data Vs30. Wilayah dengan nilai PGA tertinggi dan terendah
juga masih sama seperti pemetaan di batuan dasar akan tetapi nilai PGA mengalami
peningkatan dibandingkan pemetaan di batuan dasar. Pemetaan amplifikasi dibuat berdasarkan
perbandingan pemetaan di permukaan dan di batuan dasar. Dalam pemetaan amplifikasi akan
terlihat wilayah yang mengalami peningkatan nilai PGA dengan nilai amplifikasi lebih dari 1
(satu) sedangkan nilai amplifikasi kurang dari 1 (satu) maka istilah akan berubah menjadi
deamplifikasi. Secara umum wilayah Utara Pulau Jawa mengalami amplifikasi paling besar
dibandingkan dengan wilayah lainnya mencapai 1.6 – 1.8 kali untuk periode PGA dan 0,2 detik
dan 1.6 – 3.3 kali untuk periode 1 detik. Sedangkan wilayah yang mengalami deamplifikasi
secara umum berada ditengah wilayah Pulau Jawa. Pulau Madura secara umum memiliki nilai
amplifikasi tertinggi di Barat Pulau Madura