digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Robby Wallansha
PUBLIC Rita Nurainni, S.I.Pus

Perkembangan infrastruktur dibeberapa wilayah di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Beberapa wilayah di Pulau Jawa dan Madura memiliki alokasi anggaran terbesar untuk pembangunan infrastruktur yang diikuti dengan meningkatnya populasi serta perekonomian pada wilayah tersebut. Akan tetapi terdapat ancaman bencana gempa yang tinggi tehadap wilayah di Pulau jawa dan Madura yang didukung dengan sejarah kejadian gempa merusak di wilayah penelitian, Kajian mitigasi bencana perlu dilakukan untuk meminimalisir kerugian materiil dan immaterial, salah satunya dengan pemetaan bahaya gempa. Metode PSHA (Probabilistic Seismic Hazard Analysis) merupakan salah satu pendekatan dalam analisis bahaya gempa dengan memanfaatkan distribusi probabilitas terkait skala, lokasi dan frekuensi kejadian gempa. Pemetaan bahaya gempa menggunakan metode PSHA sudah banyak dilakukan di Indonesia, akan tetapi pemetaan tersebut belum melibatkan data Vs30 sehingga hanya merepesentasikan nilai di batuan dasar. Hal ini yang akan menjadi pembeda dengan penelitian sebelumnya, bahwa pemetaan bahaya gempa sudah merepresentasikan nilai di permukaan. Penelitian ini menggunakan beberapa data dalam pengolahan yaitu data sumber gempa, data nilai kecepatan gelombang geser hingga 30 meter dan rujukan model GMPE (Groundmotion Model Prediction Equation). Data sumber gempa meliputi data parameter model sumber sesar dan subduksi yang merujuk pada penelitian sebelumnya, sedangkan data Vs30 berdasarkan data geomorfologi teknik. Pemetaan bahaya gempa yang dihasilkan untuk periode ulang 2% 50 tahun pada periode PGA, 0,2 detik dan 1 detik yang direpresentasikan dengan nilai PGA (Peak Ground Acceleration). Pemetaan tersebut meliputi pemetaan bahaya gempa di batuan dasar, pemetaan bahaya gempa di permukaan dan pemetaan amplifikasi. Pemetaan bahaya gempa di batuan dasar untung periode PGA, 0,2 detik dan 1 detik menunjukan nilai PGA yang secara spasial semakin besar kearah selatan Pulau Jawa dan Madura. Rentang nilai PGA untuk ketiga periode tersebut yaitu 0,1 – 1,1 g, 0,2 g – 2,5 g dan 0,1 g – 2,0 g. Wilayah dengan nilai PGA terendah secara umum berada di Utara Pulau Jawa dan Barat Pulau Madura dengan nilai PGA berkisar 0,1 g – 0.3 g untuk peiode PGA, 0,2 g – 0,5 g untuk periode 0,2 detik dan 0,1 g – 0,4 g untuk periode 1 detik. Sedangkan wilayah dengan nilai PGA tertinggi berada d Ujung Kulon dan Kabupaten Sukabumi dengan rentang nilai 1 g – 1,1 g, 2 g – 2,5 g dan 2 g – 2,2 g untuk periode PGA, 0,2 detik dan 1 detik. Pemetaan bahaya gempa di permukaan memilki rentang nilai yang mirip dengan pemetaan bahaya gempa di batuan dasar, akan tetapi peningkatan nilai PGA dan sebaran wilayahnya semakin meluas sangat terlihat pada masing – masing periode. Pemetaan bahaya gempa ini sudah merepresentasikan nilai PGA di permukaan karena dalam perhitungannya sudah melibatkan data Vs30. Wilayah dengan nilai PGA tertinggi dan terendah juga masih sama seperti pemetaan di batuan dasar akan tetapi nilai PGA mengalami peningkatan dibandingkan pemetaan di batuan dasar. Pemetaan amplifikasi dibuat berdasarkan perbandingan pemetaan di permukaan dan di batuan dasar. Dalam pemetaan amplifikasi akan terlihat wilayah yang mengalami peningkatan nilai PGA dengan nilai amplifikasi lebih dari 1 (satu) sedangkan nilai amplifikasi kurang dari 1 (satu) maka istilah akan berubah menjadi deamplifikasi. Secara umum wilayah Utara Pulau Jawa mengalami amplifikasi paling besar dibandingkan dengan wilayah lainnya mencapai 1.6 – 1.8 kali untuk periode PGA dan 0,2 detik dan 1.6 – 3.3 kali untuk periode 1 detik. Sedangkan wilayah yang mengalami deamplifikasi secara umum berada ditengah wilayah Pulau Jawa. Pulau Madura secara umum memiliki nilai amplifikasi tertinggi di Barat Pulau Madura