2025 DS PP Ashri Putri Rahadi [39021028] - Abstract
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa Ringkasan 2025 DS PP Ashri Putri Rahadi [39021028] - List of Contents
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa Ringkasan 2025 DS PP Ashri Putri Rahadi [39021028] - Chapter 1
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa Ringkasan 2025 DS PP Ashri Putri Rahadi [39021028] - Chapter 2
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa Ringkasan 2025 DS PP Ashri Putri Rahadi [39021028] - Chapter 6
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa Ringkasan 2025 DS PP Ashri Putri Rahadi [39021028] - Chapter 8
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa Ringkasan 2025 DS PP Ashri Putri Rahadi [39021028] - Chapter 9
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa Ringkasan 2025 DS PP Ashri Putri Rahadi [39021028] - References
PUBLIC Open In Flipbook Abdul Aziz Ariarasa Ringkasan
Disertasi ini menelaah bagaimana sikap mahasiswa terhadap utang terbentuk melalui konstruksi sosial, dengan fokus pada bagaimana perilaku berutang muncul dalam konteks sosial dan budaya. Secara khusus, penelitian ini mengeksplorasi perilaku mahasiswa dalam memutuskan untuk meminjam dan membayar utang, karena perilaku keuangan ini menentukan tingkat utang mereka secara keseluruhan. Melalui studi kualitatif etnografi di sebuah universitas multikultural di Indonesia, penelitian ini mengidentifikasi fenomena “Jaring Utang” (Web of Debt), yaitu jaringan utang informal antar mahasiswa, di mana ketahanan finansial ditopang oleh kepercayaan, timbal balik, dan modal sosial—alih-alih sistem kredit formal. Temuan ini menunjukkan bahwa utang mahasiswa bukan semata persoalan ekonomi, tetapi juga persoalan sosial dan budaya yang mendalam.
Dalam konteks budaya dan jaringan utang informal ini, mahasiswa menunjukkan sikap terhadap utang yang beragam, membentuk spektrum dari sangat menolak utang hingga sangat toleran terhadap utang. Sikap ini dibentuk oleh dua faktor budaya dominan—ajaran keluarga dan religiositas yang dipersepsikan—yang memainkan peran penting dalam membentuk perilaku berutang dan membayar utang mahasiswa. Ajaran keluarga membentuk keyakinan dan norma awal mahasiswa tentang uang dan utang, sedangkan religiositas memberikan panduan moral serta memunculkan respons emosional—seperti kecemasan—yang memengaruhi sikap dan perilaku utang.
Selain melalui pendidikan keuangan langsung, keluarga juga membentuk ekspektasi gender dan kelas sosial mahasiswa, yang kemudian memengaruhi cara mereka memaknai dan merespons utang. Mahasiswa perempuan cenderung mengalami kecemasan utang yang lebih tinggi, terutama karena ajaran agama yang menekankan bahwa utang adalah tanggung jawab moral dan finansial. Hal ini mendorong mereka untuk lebih disiplin secara finansial dan cenderung menghindari utang. Sebaliknya, mahasiswa laki-laki cenderung bersikap lebih pragmatis, memandang utang sebagai alat untuk memenuhi ekspektasi sosial. Perbedaan sikap ini dimediasi oleh tingkat kecemasan yang lebih tinggi pada perempuan, dipengaruhi oleh nilai-nilai religius yang menekankan utang sebagai kewajiban moral.
Secara teoretis, penelitian ini memperluas Theory of Planned Behaviour (TPB) dengan memasukkan konstruksi sosial dan budaya, serta menjelaskan bagaimana dan mengapa sikap mahasiswa terhadap utang terbentuk oleh faktor budaya dominan seperti ajaran keluarga dan religiositas yang dipersepsikan. Penelitian ini juga menggunakan perspektif realisme kritis untuk mengungkap bagaimana perilaku utang muncul dari struktur sosial dan budaya yang berlapis, melampaui pilihan rasional individual semata.
Secara praktis, temuan ini memberikan wawasan bagi pembuat kebijakan, lembaga keuangan, dan pendidik untuk mengembangkan model pinjaman mahasiswa dan program literasi keuangan yang peka terhadap perbedaan budaya dan gender, sehingga dapat mendorong inklusivitas dan perilaku berutang yang bertanggung jawab.
Perpustakaan Digital ITB