digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Shofa Syahidah
PUBLIC Irwan Sofiyan

Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi di Indonesia yang mencapai 35,3% pada tahun 2022. Stunting disebabkan oleh malnutrisi yang dapat menganggu perkembangan otak anak sehingga memengaruhi keterlambatan fungsi kognitif. Akibatnya, kondisi stunting menurunkan kontrol atensi dan memori yang mengarah pada performa akademik yang lemah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik anak terindikasi stunting melalui parameter kuantitatif yang terdiri dari data antropometri lingkar kepala, skor uji kognisi, dan power spectral density EEG yang terdiri dari gelombang theta (4-8 Hz), alpha (8-12 Hz), dan beta (12-30 Hz) pada area anterofrontal (AF) dan temporoparietal (TP). Penelitian ini melibatkan 32 anak berumur 6-8 tahun yang terbagi ke dalam dua kelompok: Kelompok terindikasi Stunting (SG, Kecamatan Takari, N= 22; laki-laki= 10, perempuan= 12) dan Kelompok Kontrol (C, Kota Kupang, N= 10; laki-laki= 5, perempuan= 5) dari Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Perekaman sinyal otak menggunakan EEG MuseTM yang terdiri dari 4 elektroda dalam kondisi eyes open pada dua fase pengamatan: baseline (BL) awal dan uji kognisi menggunakan puzzle geometri (P) yang memiliki empat tingkatan kesulitan. Data sinyal EEG yang diperoleh kemudian dilakukan preprocessing dan data processing lebih lanjut menggunakan MatLab dengan luaran data dalam bentuk power spectral density (PSD) dari gelombang theta, alpha dan beta. Perolehan data EEG selanjutnya dilakukan melalui analisis komparasi pada aspek interphase, intergroup, dan interhemisphere. Hasil penelitian menunjukkan performa uji kognisi kelompok SG yang lebih rendah yang berkorelasi dengan data lingkar kepala dan skor uji kognisi puzzle yang lebih tinggi pada kelompok C (Sig. < 0,05). Adapun hasil analisis data PSD interphase, aktivitas gelombang theta kelompok SG menunjukkan penurunan signifikan pada elektroda AF8 serta peningkatan signifikan pada elektroda TP10 (Sig. < 0,05). Sementara itu, hasil komparasi antarkelompok (intergroup) menunjukkan perbedaan nyata pada elektroda AF7, dengan nilai PSD beta SG yang lebih tinggi pada fase uji kognisi puzzle (Sig. < 0,05). Hasil analisis interhemisfer menggunakan laterality index (LI) menunjukkan adanya perbedaan pola lateralisasi otak kedua kelompok pada area AF. Selain itu, teramati kemiripan lateralisasi kedua kelompok pada area TP selama uji kognisi puzzle. Namun, pada kelompok SG terjadi perubahan lateralisasi area temporoparietal ke hemisfer kiri selama uji kognisi puzzle dilakukan (Sig. <0,01). Hasil studi karakteristik gelombang theta, alpha, dan beta pada anak terindikasi stunting mengarah pada kesimpulan dimana terjadi penurunan fungsi atensi dan peningkatan workload kerja selama uji kognisi puzzle berlangsung yang terindikasi dari perolehan perubahan nilai PSD theta pada area AF dan TP, PSD beta yang lebih tinggi dari kelompok kontrol, dan perbedaan lateralisasi AF dan TP pada saat pengujian kognisi puzzle dilakukan.