ANA USWATUN HASANAH.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi COVER - Ana Uswatun Hasanah-1.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi BAB I PENDAHULUAN-1.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi BAB II TIN-PUS-1.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi BAB III METODOLOGI.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.pdf
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi PUSTAKA Ana Uswatun Hasanah
PUBLIC Lili Sawaludin Mulyadi
Kota Bandung merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia dengan tingkat
aktivitas antropogenik yang cukup tinggi. Aktivitas tersebut, khususnya dari
penggunaan bahan bakar fosil akan menghasilkan emisi yang dapat memengaruhi
kondisi kualitas udara ambien. Kondisi kualitas udara ambien akan mengalami
penurunan ketika konsentrasi pencemar udara mengalami peningkatan atau
melebihi nilai ambang batas yang telah ditentukan. Selain itu, kondisinya juga
dipengaruhi oleh faktor meteorologi (curah hujan, temperatur, tekanan, arah dan
kecepatan angin) dan karakteristik bentang alam. Penurunan kualitas udara ambien
dapat menyebabkan dampak buruk terhadap makhluk hidup dan lingkungan
sekitarnya, sehingga diperlukan upaya perlindungan dan pengendalian pencemaran
udara agar kondisi kualitas udara tetap terjaga/tidak tercemar. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui kemampuan sistem pemodelan AERMOD dalam
mensimulasikan dispersi SO2, PM10, dan NO2, menganalisis nilai risiko
pencemaran udara, menentukan wilayah perlindungan dan pengelolaan mutu udara
(WPPMU) prioritas, serta menentukan jenis upaya perlindungan dan pengelolaan
mutu udara (airshed management plan) untuk mengatasi permasalahan pencemaran
udara di Kota Bandung. Hasil inventarisasi emisi menunjukkan bahwa sektor
transportasi menjadi kontributor utama emisi di Kota Bandung dengan wilayah
bagian selatan menghasilkan emisi lebih besar dibandingkan dengan bagian utara
karena adanya sumber emisi dominan dari jalan tol Padaleunyi dan jalan Soekarno
Hatta. Hasil simulasi AERMOD menunjukkan bahwa karakteristik angin (wind
rose) dalam satu tahun (bulan Januari sampai Desember) cenderung bergerak ke
arah utara dan timur dengan distribusi frekuensi kecepatan angin sebesar 86,9%
merupakan angin lemah (0,5-2,1 m/s). Persebaran rata-rata harian konsentrasi SO2,
PM10 dan NO2 pada keseluruhan wilayah di Kota Bandung menunjukkan nilai di
bawah baku mutu udara ambien dengan lokasi-lokasi konsentrasi pencemar yang
lebih tinggi berada pada wilayah yang juga memiliki beban emisi kategori tinggi,
yaitu di bagian selatan Kota Bandung. Berdasarkan hasil uji validasi AERMOD,
nilai NMSE dan FB yang dihasilkan pada parameter SO2, PM10, dan NO2 secara
berturut-turut adalah 0.41, 0,61; 0.46, 0.64; dan 0.31, 0.54 atau menunjukkan
performa yang cukup baik dalam mensimulasikan dispersi SO2, PM10, dan NO2 di
Kota Bandung. Hasil analisis kelas WPPMU awal menunjukkan kelas II karena
penggunaan lahan di Kota Bandung terdiri dari kawasan permukiman, pertanian
lahan kering, perkebunan, sawah, dan bandara. Hasil analisis risiko pencemaran
udara menunjukkan tingkat risiko sangat rendah, rendah, dan sedang, dengan
wilayah bagian selatan memiliki kecenderungan terkena risiko pencemaran udara
yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bagian utara Kota Bandung. Oleh
karena itu, Kecamatan Bandung Kulon, Babakan Ciparay, Bojongloa Kidul,
Bandung Kidul, dan Panyileukan perlu lebih diperhatikan agar tingkat risiko
pencemaran SO2, PM10, dan NO2 tidak terus mengalami peningkatan. Berdasarkan
hasil tersebut, maka kelas WPPMU akhir akan sama dengan hasil analisis kelas
WPPMU awal (wilayah non prioritas), yaitu kelas II. Meskipun demikian, perlu
dilakukan upaya-upaya perlindungan pencemaran udara agar kualitas udara tidak
mengalami penurunan / tercemar. Pada penelitian ini, saran implementasi airshed
management plan yang dapat dilakukan didasarkan pada analisis sumber
kontributor utama emisi berasal dari sektor transportasi, antara lain menggunakan
bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, pengurangan jumlah penggunaan
kendaraan pribadi, penambahan filter partikulat pada kendaraan, dan pengadaan uji
emisi kendaraan secara berkala di Kota Bandung.