Inventarisasi emisi di Kota Bandung menunjukkan sumber titik (hotel, pusat perbelanjaan, rumah sakit, krematorium), area (pasar, permukiman), dan garis (transportasi) berkontribusi terhadap emisi SO2, PM10, dan NOx, dengan NOx menjadi yang tertinggi. Sumber area, terutama permukiman, memiliki beban emisi lebih tinggi dari sumber titik. Emisi dari sumber garis terkonsentrasi di Tol Padaleunyi dan Jalan Soekarno Hatta, meskipun mengalami penurunan karena pandemi. Analisis spasial menunjukkan wilayah selatan Bandung memiliki emisi lebih tinggi. Pemodelan dispersi (Aermod) menunjukkan konsentrasi SO2, PM10, dan NO2 masih di bawah baku mutu, tetapi berpotensi meningkat. Risiko pencemaran udara tergolong sangat rendah hingga sedang, dengan wilayah selatan lebih berisiko. Kelas WPPmu (Wilayah Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Udara) awal dan akhir tetap kelas II, namun upaya pengendalian emisi (Airshed Management Plan) tetap diperlukan, seperti penggunaan bahan bakar ramah lingkungan, pengurangan kendaraan pribadi, filter partikulat, dan uji emisi. Sektor transportasi menjadi fokus utama pengendalian.