digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dari banyak catatan sejarah, peradaban manusia berkembang pesat di daerah aliran sungai. Di Kota Bandung, secara langsung dan tidak langsung berbagai aspek kehidupan dipengaruhi Sungai Cikapundung. Sungai Cikapundung sendiri diperkirakan masih dijadikan sumber air bersih warga bantaran sungai. Dengan kondisi dan kualitas aktualnya, penggunaan air Sungai Cikapundung diperkirakan akan menimbulkan waterborne disease. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan insidensi waterborne disease dengan fasilitas air bersih dan sanitasi di bantaran Sungai Cikapundung. Penelitian difokuskan padasegmen Dago Pojok sampai Wastukencana. Pada penelitian dipilih 100 responden yang tinggal di bantaran Sungai Cikapundung dan sekitarnya untuk diwawancarai mengenai sumber air bersih dan pengolahannya, fasilitas MCK (berikut pengolahan air limbah domestik), fasilitas persampahan (pengelolaan sampah di sekitar hunian), PHBS yang biasa dilakukan, rata-rata jumlah jam yang dihabiskan/hari di hunian, serta harapan mereka. Dari hasil wawancara, diare pernah menjangkiti responden maupun penghuni lainnya dalam lingkup hunian yang sama, sesuai dengan data Dinas Kesehatan Kota Bandung. Tingginya insidensi diare (sebagai gejala umum waterborne disease tertentu) bertentangan dengan fakta 100% responden menggunakan sumber air terpercaya yang sudah diolah sebelum digunakan. Faktor lain diperkirakan menjadi penyebab insidensi diare, antara lain perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang biasa dilakukan serta rata-rata jumlah jam yang dihabiskan/hari di hunian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PHBS yang biasa dilakukan dan rata-ta jumlah jam yang dihabiskan/hari di hunian ternyata turut berkontribusi sebagai penyebab insidensi diare (sebagai gejala umum waterborne disease tertentu).