digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Melita Jenar Karenina [17221058]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan

Industri tekstil merupakan salah satu sektor penyumbang limbah terbesar di dunia, terutama akibat penggunaan pewarna sintetis berbahan kimia yang tidak ramah lingkungan. Pewarna sintetis menghasilkan limbah mengandung logam berat seperti timbal (Pb) dan kromium (Cr), yang berdampak buruk terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Dalam beberapa dekade terakhir, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap isu keberlanjutan dan gaya hidup ramah lingkungan mendorong kembalinya penggunaan pewarna alami. Salah satu bahan pewarna alami yang potensial di Indonesia adalah kayu secang (Caesalpinia sappan L.), yang menghasilkan warna merah dari senyawa aktif brazilin. Meskipun potensial, pewarna secang memiliki kelemahan pada ketahanan warna yang rendah terhadap pencucian dan gosokan. Sejalan dengan upaya pelestarian budaya dan fashion berkelanjutan, penelitian ini mengintegrasikan pewarna alami secang pada kebaya encim yang merupakan warisan budaya Tionghoa dan Betawi. Penelitian ini dirancang untuk menganalisis ketahanan warna kayu secang sebagai pewarna alami pada kain kebaya encim. Fokus utamanya adalah menguji ketahanan luntur warna terhadap pencucian, keringat, serta gosokan menggunakan standar SNI ISO 105. Selain itu, penelitian mengevaluasi pengaruh perbedaam jenis mordan dan eksplorasi bahan tambahan alami yaitu kayu jambal dan tingi untuk memperkuat dan menstabilkan warna. Hasil uji menunjukkan bahwa pewarna secang mampu menghasilkan warna merah khas pada kebaya encim. Ketahanan luntur terhadap pencucian tergolong cukup baik. Namun, ditemukan kelemahan pada ketahanan terhadap keringat dan gosokan basah. Karya akhir berupa kebaya encim berjudul "Nyonya" direalisasikan, memadukan warna alami secang dengan teknik embroidery bermotif peranakan Tionghoa. Penelitian ini tidak hanya membuktikan potensi estetika dan keberlanjutan pewarna alami pada busana tradisional, melainkan juga menunjukkan peningkatan nilai ketahanan luntur warna terhadap pencucian yang signifikan dibandingkan penelitian sebelumnya. Temuan ini menggarisbawahi tantangan pada stabilitas warna terhadap keringat dan gosokan, sehingga hasil ini menjadi kontribusi penting bagi penelitian selanjutnya untuk mengembangkan formulasi pewarna secang yang lebih optimal dalam mencapai ketahanan luntur warna yang baik pada kondisi tersebut.