digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Perubahan dasar dalam adaptasi kebiasaan baru/new normal pada masa pandemi COVID-19 telah mengubah kehidupan tatanan sosial di lingkungan publik, salah satunya di lingkungan sekolah dan ruang belajar/kelas. Mulai semester genap tahun ajaran 2020/2021, pemerintah membolehkan tetapi tidak mewajibkan melakukan kegiatan pembelajaran tatap muka di sekolah dengan memenuhi syarat tertentu dan atas persetujuan orang tua/wali murid. Namun belum terdapat rekomendasi desain berupa pola peletakan furniture terkait kebiasaan adaptasi baru pada ruang belajar di masa pandemi COVID-19 yang bisa diterapkan pada jenjang PAUD. Maka perbedaan/signifikasi dengan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan adalah penelitian ini menekankan pada rekomendasi desain atas dasar hasil fenomena teritorialitas sebagai perspektif penelitian pada ruang belajar di masa pandemi COVID-19 untuk Pendidikan Anak Usia Dini berupa usulan alternatif layout pola peletakan furnitur yang kaitannya dengan protokol kesehatan baik dari segi social distancing dan physical distancing serta mencapai tujuan dari fasilitas ruang belajar pada jenjang PAUD. Sehingga metode penelitian rekomendasi desain berupa pola peletakan furniture pada jenjang PAUD menjadi crucial untuk diteliti. Penelitian adaptasi ruang belajar post pandemic COVID-19 pada jenjang PAUD perlu dipersiapkan untuk memastikan prosedur pendidikan perorangan yang aman sebagai solusi jangka pendek maupun jangka panjang. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif komparatif. Langkah peneliti dalam melakukan pengamatan di lapangan antara lain adalah survei dan menggambar ulang eksisting peletakan furniture di dalam kelas, setiap jenis aktivitas didokumentasikan menurut kedudukan/posisi dan tingkah laku peserta didik selama di kelas berdasarkan jam/saat, terakhir wawancara dengan pengajar mengenai kondisi KBM dan aturan tertentu selama melakukan pembelajaran tatap muka di sekolah. Contoh hasil penelitian yang telah didapatkan antara lain pertama, perilaku pengguna ruang cenderung belum menerapkan protokol kesehatan seperti jaga jarak (social distancing dan physical distancing), aktivitas pengguna ruang cenderung bergerak dan berpindah tempat sesuai dengan ritme/alur dan waktu/durasi kegiatan sehingga sebaran spasial cenderung bergerombol dan berkerumun. Kedua, perilaku teritorialitas pengguna ruang berupa penanda simbolis atau non fixed element.