digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB I Talitha Theophila Sharon [27124056]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB II Talitha Theophila Sharon [27124056]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB III Talitha Theophila Sharon [27124056]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB IV Talitha Theophila Sharon [27124056]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB V Talitha Theophila Sharon [27124056]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan

Meningkatnya jumlah lanjut usia di Indonesia menuntut perhatian serius terhadap pemenuhan aspek kenyamanan mereka dalam memanfaatkan ruang publik, khususnya gereja yang memiliki peran penting bagi lansia. Seiring bertambahnya usia, lansia cenderung mengalami penurunan fungsi tubuh serta tantangan psikologis seperti kecemasan dan kebutuhan akan kedekatan sosial maupun spiritual. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kenyamanan lansia di ruang ibadah GKI Kebonjati Bandung dengan pendekatan kualitatif deskriptif analisis. Fokus kajian diarahkan pada identifikasi faktor fisik dan psikis yang memengaruhi kenyamanan serta keterkaitan di antara keduanya. Data diperoleh melalui observasi, pengukuran langsung, kuesioner, dan wawancara mendalam. Analisis dilakukan dengan mengacu pada standar regulasi terkait kebutuhan lansia serta teori hierarki kebutuhan Maslow dan model adaptasi Roy. Penelitian menemukan bahwa kenyamanan lansia cenderung lebih dipengaruhi oleh faktor psikis seperti rasa aman, tenang, dan hubungan sosial-spiritual dengan skor 83,13%. Sementara aspek fisik seperti pencahayaan, sirkulasi, furnitur, penghawaan, dan kebisingan memperoleh skor 76,54%. Lansia laki-laki menunjukkan kenyamanan fisik sedikit lebih tinggi, sedangkan perempuan lebih unggul pada kenyamanan psikis. Beberapa kendala fisik ditemukan, antara lain sirkulasi yang sempit, jarak antar kursi yang kurang ideal, serta ketiadaan pegangan tangan pada tangga. Aktualisasi diri sebagai puncak kebutuhan Maslow menjadi dasar persepsi kenyamanan lansia, yang diperkuat oleh kemampuan koping menurut model adaptasi Roy terhadap keterbatasan fisik. Meski demikian, kenyamanan fisik tetap memiliki peranan penting dan keduanya harus terpenuhi secara seimbang untuk menciptakan kenyamanan yang optimal. Temuan ini berkontribusi pada perancangan ruang ibadah yang lebih ramah lansia. Rekomendasi desain yang dihasilkan diharapkan dapat meningkatkan kualitas ruang ibadah serta mendukung kenyamanan fisik dan psikis lansia secara menyeluruh.