digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Wilayah pesisir Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, merupakan kawasan strategis yang memiliki potensi sumber daya alam berupa minyak dan gas bumi (migas). Dalam rangka mendukung kegiatan eksplorasi dan produksi migas, telah direncanakan pembangunan rigpad melalui metode reklamasi di wilayah perairan dangkal pesisir Langkat. Namun, pembangunan infrastruktur pesisir seperti rigpad di wilayah pesisir yang dinamis ini dikhawatirkan dapat mengganggu keseimbangan sistem pesisir, khususnya terhadap proses sedimentasi dan kondisi morfologisnya. Oleh karena itu, dilakukan studi yang bertujuan untuk mengevaluasi dampak dari pembangunan dengan metode reklamasi terhadap kondisi sedimentasi dan morfologi pesisir. Studi ini dilakukan dengan pendekatan numerik berbasis pemodelan hidrodinamika dan transpor sedimen. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Delft3D yang mampu mensimulasikan kondisi pasang surut, arus, gelombang, serta distribusi dan akumulasi sedimen dalam jangka panjang. Dilakukan dua skenario pemodelan, yakni skenario eksisting (2019 – 2023 dan 2023 – 2033) dan reklamasi (2023 – 2033), untuk mengetahui perbandingan antara kondisi setelah dilakukan pembangunan dan kondisi natural wilayah studi. Data input yang digunakan berupa data pasang surut, angin, gelombang, batimetri, debit sungai, dan data sedimen yang diolah dengan metode pendekatan tertentu sebelum akhirnya dilakukan pemodelan. Kalibrasi model dilakukan dengan perbandingan data model skenario eksisting dalam periode tertentu dengan perubahan batimetri yang terjadi dari pengamatan satelit General Bathymetric Chart of the Oceans (GEBCO) untuk tahun 2019 dan 2023. Analisis dilakukan terhadap beberapa komponen utama. Pertama, analisis hidrodinamika terkait pasang surut, gelombang, dan pola arus yang akan menjadi dasar penggerak sedimen. Kedua, analisis transpor sedimen yang dilakukan untuk mengidentifikasi zona akumulasi sedimentasi dan erosi di sekirat muara, sepanjang garis pantai, dan wilayah struktur. Ketiga, analisis perubahan batimetri secara spasial dan temporal untuk melihat dampak reklamasi terhadap elevasi dasar laut. Keempat, analisis terhadap zona wilayah lokasi studi, meliputi zona pasang surut dan pergeseran garis pantai. Analisis garis pantai eksisting, menunjukkan bahwa terdapat akumulasi sedimen di sepanjang 3.4 km area sisi kanan muara (bagian timur), sementara di sisi kanan ii (bagian barat) sedimentasi terjadi sejauh 1.4 km. Secara longitudinal garis pantai, pantai barat mengalami sedimentasi sepanjang ±1,4 km dengan akumulasi sedimen yang cukup besar, sekitar 1.4 m. Sementara bagian timur menunjukkan akresi yang lebih jauh sepanjang ±2,5 km, dengan rata-rata sedimentasi sebesar 0.4 m. Hal ini menunjukkan ketidak simetrisan kondisi sedimentasi di bagian pantai barat dan timur. Berdasarkan analisis spasial pasang surut, garis HHWL (Highest High Water Level) dan LLWL (Lowest Low Water Level) menunjukkan pergeseran ke arah laut setelah reklamasi. Perubahan ini menunjukkan bahwa akresi pantai mengakibatkan pergeseran zona pasang surut. Indikasi pergeseran pasang surut ini sejalan dengan zona sedimentasi dan erosi yang terjadi yang lebih dominan di pantai barat dibandingkan dengan timur. Hasil pemodelan setelah reklamasi menunjukkan bahwa reklamasi rigpad memberikan dampak signifikan terhadap pola arus dan distribusi sedimen di sekitar lokasi pembangunan. Struktur reklamasi menyebabkan perubahan arah dan kecepatan arus laut, menghasilkan zona-zona deposisi baru di sisi hulu (updrift) dan potensi erosi di sisi hilir (downdrift) rigpad. Pada kedua bagian pantai, terjadi sedimentasi untuk wilayah yang dekat dengan muara. Di sisi kiri, terjadi akumulasi sedimen namun dengan skala yang lebih terbatas. Di sisi kanan, terjadi penumpukan sedimen yang cukup besar karena pengaruh struktur. Sementara itu, muara sungai tetap terbuka dan tidak mengalami penutupan, yang menunjukkan bahwa proses flushing dari debit sungai masih berlangsung. Berdasarkan hasil kajian, terlihat bahwa pengaruh dari kondisi musiman sangat berperan terhadap kondisi morfologi pantai. Hal ini terlihat dengan perbedaan kumulatif dimensi sedimentasi yang terjadi pada wilayah pantai timur lebih besar dibandingkan dengan wilayah pantai barat. Struktur juga berpengaruh terhadap kondisi sedimentasi dan erosi pada wilayah studi yang perlu dipertimbangkan.