digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
PUBLIC Open In Flipbook Dewi Supryati

Industri perhotelan di daerah wisata seperti Garut menghadapi tantangan serius akibat fluktuasi kunjungan wisatawan, dampak pandemi COVID-19, dan kebijakan efisiensi anggaran pemerintah. Tekanan tersebut tidak hanya memengaruhi okupansi dan operasional, tetapi juga menimbulkan ketegangan dalam hubungan antara hotel dan stakeholder internal maupun eksternal. Dalam konteks sektor hospitality yang sangat bergantung pada relasi sosial dan partisipasi stakeholder, dibutuhkan pendekatan strategis dalam pengelolaan hubungan tersebut untuk menjamin keberlangsungan bisnis. Meskipun studi mengenai stakeholder management telah banyak dilakukan, masih terdapat kekosongan dalam literatur terkait strategi pengelolaan stakeholder yang dikaitkan secara langsung dengan tahap pertumbuhan organisasi, terutama di sektor perhotelan. Penelitian ini mengisi gap tersebut dengan merumuskan model strategi stakeholder management yang disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan organisasi pada setiap tahapan pertumbuhannya. Penelitian ini menggunakan studi kasus historis longitudinal pada Kampung Sumber Alam (KSA) yang dilakukan dengan memetakan proses bisnis ke dalam enam kategori berdasarkan kerangka Process Classification Framework (APQC). Identifikasi stakeholder dilakukan pada masing-masing proses dan tahap pertumbuhan organisasi, disertai penilaian power dan interest menggunakan indikator terstruktur. Seluruh stakeholder kemudian dipetakan ke dalam Matriks Mendelow untuk menentukan strategi pengelolaan yang sesuai. Berdasarkan hasil pemetaan dan analisis pada tiap tahap pertumbuhan organisasi, ditemukan bahwa strategi pengelolaan stakeholder mengalami perubahan yang signifikan seiring dengan meningkatnya kompleksitas struktur organisasi, sistem, dan interaksi eksternal. Pada tahap entrepreneurial, strategi stakeholder management difokuskan pada hubungan personal dan fleksibel, terutama terhadap stakeholder kunci seperti chief executive office (CEO)/pemilik, istri pendiri, supplier, vendor, dan tamu yang semuanya berperan sebagai Key player. Memasuki tahap collectivity, strategi mulai diarahkan pada pembentukan struktur, konsolidasi tim, dan pelibatan viii stakeholder dalam sistem kerja awal. Di tahap formalization, strategi bergeser ke profesionalisasi dan standarisasi, dengan pelibatan intensif stakeholder seperti finance manager, head of department (HoD), dan instansi pemerintah dalam pengambilan keputusan strategis. Pada tahap elaboration, pendekatan stakeholder management berfokus pada efisiensi digital, kolaborasi jangka panjang, serta penggunaan data sebagai dasar pengambilan keputusan, khususnya terhadap stakeholder seperti general manager (GM), executive assistant manager (EAM), online travel agent (OTA), dan tamu. Kesimpulan utama dari penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas strategi stakeholder management dalam industri perhotelan sangat bergantung pada kesesuaian antara karakteristik stakeholder dan fase pertumbuhan organisasi. Pendekatan yang adaptif dan kontekstual yang mempertimbangkan evolusi struktur, proses bisnis, dan dinamika eksternal dapat berhasil menjaga kesinambungan hubungan dengan stakeholder kunci serta memperkuat ketahanan organisasi dalam menghadapi tantangan industri.