Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat aktivitas seismik tertinggi di
dunia karena letaknya di pertemuan tiga lempeng tektonik utama. Oleh karena itu,
pemahaman karakteristik gempa megathrust sangat penting untuk mendukung upaya
mitigasi bencana. Dalam penelitian ini, dilakukan analisis klasterisasi terhadap data
gempa megathrust dan dataset Iris menggunakan dua metode berbeda, yaitu K-Means
Clustering dan Topological Data Analysis (TDA). K-Means adalah metode berbasis
centroid yang umum digunakan dalam analisis klasterisasi, sedangkan TDA merupakan
pendekatan berbasis topologi yang mampu menangkap struktur data yang kompleks.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode K-Means memiliki akurasi klasterisasi
yang lebih tinggi dibandingkan TDA ketika dibandingkan dengan kategori asli pada
dataset Iris. Sementara itu, dalam analisis data gempa megathrust, metode TDA lebih
efektif dalam mengidentifikasi pola seismik yang kompleks, terutama dalam mendeteksi
hubungan antara kedalaman, magnitudo, dan distribusi spasial gempa. Di sisi lain, KMeans
cenderung membentuk klaster berdasarkan distribusi numerik, yang lebih mudah
diinterpretasikan. Evaluasi menggunakan Silhouette Score dan Davies-Bouldin Index
(DBI) menunjukkan bahwa TDA menghasilkan klaster yang lebih terpisah dan kompak
dibandingkan K-Means, tetapi K-Means tetap lebih unggul dalam menyesuaikan klaster
dengan kategori yang sudah ada.