Pertumbuhan pembangunan data center di Indonesia, khususnya di Jakarta, mengalami peningkatan
yang pesat, dengan jumlah mencapai sekitar ±50 bangunan dan kemungkinan akan terus bertambah.
Namun, hingga saat ini, Standar Nasional Indonesia (SNI) belum secara spesifik mengatur tingkat
kepentingan bangunan data center. Berdasarkan konsensus di kalangan ahli struktur di Jakarta, nilai
faktor kepentingan untuk bangunan data center umumnya diasumsikan sebesar 1,25. Faktor
kepentingan ini berpengaruh langsung terhadap beban gempa, sedangkan untuk beban gravitasi tidak
terdapat penambahan nilai khusus dan masih mengacu pada kombinasi beban LRFD sebagaimana diatur
dalam SNI 1727:2019, yang sebenarnya ditujukan untuk bangunan umum. Dalam penelitian ini,
pendekatan berbeda diterapkan dengan tidak menggunakan faktor kepentingan pada beban gempa,
melainkan dengan menaikkan target indeks reliabilitas (?). Untuk beban gempa, target reliabilitas
ditingkatkan dari ? = 2,25 (probabilitas kegagalan, ???????? = 10?2) menjadi ? = 2,5
(probabilitas kegagalan, ???????? = 5????10?3). Sementara itu, untuk beban gravitasi, target reliabilitas
ditingkatkan dari ? = 3 (probabilitas kegagalan, ???????? = 10?3). menjadi ? = 3,25
(probabilitas kegagalan, ???????? = 5????10?4). Dua model bangunan 6 lantai dianalisis dalam penelitian ini:
satu menggunakan kombinasi beban berdasarkan SNI dengan penambahan faktor kepentingan untuk
beban gempa, dan satu lagi menggunakan kombinasi beban dengan peningkatan target reliabilitas
sebagaimana dijelaskan. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa pada model dengan peningkatan
target reliabilitas, kebutuhan tulangan kolom di lantai dasar meningkat sebesar ±37%. Selain itu,
analisis nonlinear time history dilakukan terhadap kedua model untuk mengevaluasi kinerja struktur,
hasilnya mengindikasikan model struktur dengan LRFD rekomendasi lebih baik dengah kondisi yang
sama yaitu life Safety.
Perpustakaan Digital ITB