digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pertumbuhan pembangunan data center di Indonesia, khususnya di Jakarta, mengalami peningkatan yang pesat, dengan jumlah mencapai sekitar ±50 bangunan dan kemungkinan akan terus bertambah. Namun, hingga saat ini, Standar Nasional Indonesia (SNI) belum secara spesifik mengatur tingkat kepentingan bangunan data center. Berdasarkan konsensus di kalangan ahli struktur di Jakarta, nilai faktor kepentingan untuk bangunan data center umumnya diasumsikan sebesar 1,25. Faktor kepentingan ini berpengaruh langsung terhadap beban gempa, sedangkan untuk beban gravitasi tidak terdapat penambahan nilai khusus dan masih mengacu pada kombinasi beban LRFD sebagaimana diatur dalam SNI 1727:2019, yang sebenarnya ditujukan untuk bangunan umum. Dalam penelitian ini, pendekatan berbeda diterapkan dengan tidak menggunakan faktor kepentingan pada beban gempa, melainkan dengan menaikkan target indeks reliabilitas (?). Untuk beban gempa, target reliabilitas ditingkatkan dari ? = 2,25 (probabilitas kegagalan, ???????? = 10?2) menjadi ? = 2,5 (probabilitas kegagalan, ???????? = 5????10?3). Sementara itu, untuk beban gravitasi, target reliabilitas ditingkatkan dari ? = 3 (probabilitas kegagalan, ???????? = 10?3). menjadi ? = 3,25 (probabilitas kegagalan, ???????? = 5????10?4). Dua model bangunan 6 lantai dianalisis dalam penelitian ini: satu menggunakan kombinasi beban berdasarkan SNI dengan penambahan faktor kepentingan untuk beban gempa, dan satu lagi menggunakan kombinasi beban dengan peningkatan target reliabilitas sebagaimana dijelaskan. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa pada model dengan peningkatan target reliabilitas, kebutuhan tulangan kolom di lantai dasar meningkat sebesar ±37%. Selain itu, analisis nonlinear time history dilakukan terhadap kedua model untuk mengevaluasi kinerja struktur, hasilnya mengindikasikan model struktur dengan LRFD rekomendasi lebih baik dengah kondisi yang sama yaitu life Safety.