Konflik antara Palestina dan Israel telah menjadi sorotan global, memicu respons
emosional dan partisipasi aktif masyarakat, termasuk Indonesia, yang merupakan
negara paling dermawan di dunia. Uniknya, visual yang digunakan mayoritas
menggunakan strategi visual “poverty porn” yang menggambarkan kesengsaraan
subjek yang ada dalam gambar. Oleh karenanya, Penelitian ini berfokus pada
analisis visual dan pesan yang terbingkai dalam strategi visual poverty porn pada
penggalangan dana kemanusiaan online di platform Kitabisa terkait konflik ini.
Metode penelitian campuran eksplanatori digunakan dalam studi ini, yang terdiri
dari pemetaan kuantitatif dan interpretasi kualitatif. Tahap pertama memetakan
visual dari Kitabisa menggunakan analisis konten digital yang diadaptasi dari
Gillian Rose, serta teknik digital seperti datacrawling dan bantuan machine
learning AWS Rekognition untuk mengekstrak fitur visual seperti manusia, wajah,
dan emosi. Lima kategori representasi visual penggalangan dana diidentifikasi:
superior Fundraising (SF), high success Fundraising (HSF), low success
Fundraising (LSF), Most Poverty porn Fundraising (MPF), dan lowest Poverty
porn Fundraising (LPF), yang membantu memahami perbedaan pesan yang
terbingkai oleh setiap jenis penggalangan dana melalui interpretasi bahasa visual
pada tahap kedua. Temuan utama menunjukkan bahwa visual poverty porn yang
mendominasi, tidak menjadi pendorong utama keberhasilan penggalangan dana dan
tingkat donasi. Variabel tema, emosi, dan usia subjek visual sangat berkorelasi
dengan keberhasilan penggalangan dana. Dan pesan yang terframing memiliki lima
faktor penentu keputusan berdonasi: variasi emosi, fokus emosi, poverty porn,
realitas visual, dan CTA Positifitas. Penelitian ini menggarisbawahi teori
pembingkaian pesan dan memori kolektif sebagai framework theory yang
digunakan untuk menjelaskan hubungan pesan-ingatan ini terkait dengan keputusan
berdonasi. Pentingnya motivasi dan kemampuan individu dalam memproses
informasi yang diterima dalam komunikasi persuasive ini, serta relevansi teori
altruisme dalam konteks penggalangan dana kemanusiaan, menegaskan bahwa
visual penggalangan dana bukan sekadar alat penarik perhatian, tetapi juga strategi
penyampaian pesan yang efektif, sehingga berkontribusi pada pengembangan
praktik penggalangan dana yang lebih efektif dan etis di sektor kemanusiaan.