digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Konflik antara Palestina dan Israel telah menjadi sorotan global, memicu respons emosional dan partisipasi aktif masyarakat, termasuk Indonesia, yang merupakan negara paling dermawan di dunia. Uniknya, visual yang digunakan mayoritas menggunakan strategi visual “poverty porn” yang menggambarkan kesengsaraan subjek yang ada dalam gambar. Oleh karenanya, Penelitian ini berfokus pada analisis visual dan pesan yang terbingkai dalam strategi visual poverty porn pada penggalangan dana kemanusiaan online di platform Kitabisa terkait konflik ini. Metode penelitian campuran eksplanatori digunakan dalam studi ini, yang terdiri dari pemetaan kuantitatif dan interpretasi kualitatif. Tahap pertama memetakan visual dari Kitabisa menggunakan analisis konten digital yang diadaptasi dari Gillian Rose, serta teknik digital seperti datacrawling dan bantuan machine learning AWS Rekognition untuk mengekstrak fitur visual seperti manusia, wajah, dan emosi. Lima kategori representasi visual penggalangan dana diidentifikasi: superior Fundraising (SF), high success Fundraising (HSF), low success Fundraising (LSF), Most Poverty porn Fundraising (MPF), dan lowest Poverty porn Fundraising (LPF), yang membantu memahami perbedaan pesan yang terbingkai oleh setiap jenis penggalangan dana melalui interpretasi bahasa visual pada tahap kedua. Temuan utama menunjukkan bahwa visual poverty porn yang mendominasi, tidak menjadi pendorong utama keberhasilan penggalangan dana dan tingkat donasi. Variabel tema, emosi, dan usia subjek visual sangat berkorelasi dengan keberhasilan penggalangan dana. Dan pesan yang terframing memiliki lima faktor penentu keputusan berdonasi: variasi emosi, fokus emosi, poverty porn, realitas visual, dan CTA Positifitas. Penelitian ini menggarisbawahi teori pembingkaian pesan dan memori kolektif sebagai framework theory yang digunakan untuk menjelaskan hubungan pesan-ingatan ini terkait dengan keputusan berdonasi. Pentingnya motivasi dan kemampuan individu dalam memproses informasi yang diterima dalam komunikasi persuasive ini, serta relevansi teori altruisme dalam konteks penggalangan dana kemanusiaan, menegaskan bahwa visual penggalangan dana bukan sekadar alat penarik perhatian, tetapi juga strategi penyampaian pesan yang efektif, sehingga berkontribusi pada pengembangan praktik penggalangan dana yang lebih efektif dan etis di sektor kemanusiaan.