Bordir Icik merupakan komoditi kerajian tradisional yang mereprentasikan nilai sosial (kultural,
identitas) masyarakat Kudus. Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah untuk menemukan
kolerasi antara nilai ‘Gusji’ pada estetika bordir icikKudus dan kaitannya dengan nilai religiusitas
dalam estetika bordir Kudus yang dikaji melalui perspektif estetika sehingga penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini membatasi objek penelitian hanya pada bordir
Kudus jenis bordir Icik yang diterapkan pada kebaya. Penelitian ini menghasilkan temuan yaitu,
1). Nilai Gusji pada sistem sosial menciptakan masyarakat religius yang diasosiasikan sebagai
masyarakat santri, 2) Nilai Gusji adalah nilai kesalehan masyarakat kudus yang bersifat vertikal
(habluminnallah) dan horizontal (habluminannas), 3) Dalam perspektif estetika, nilai Gus
memiliki dua definisi yaitu “Gus” yang memuat arti keindahan dan “Gus” yang berarti
kebaikan. Sementara itu, nilai Ji adalah nilai yang berkaitan dengan moral dan etika. Nilai Gusji
menciptakan etika sosial yaitu tepa selira atau toleran, 4) Islam dibawa yang dibawa secara
damai maka Islam yang hadir dimasyarakat Kudus adalah Islam Rahmatan Lil’Alamin.
Religiusitas masyarakat Kudus berpijak pada tauhid yang humanis, sehingga ragam hias bordir
lebih cenderung menampilkan ragam hias flora, fauna, dan geometri sebagai sikap kehati -
hatian pada perbuatan syirik namun pedoman ini tidak mutlak karena pada “Gusji” tersebut
masyarakat meyakini bahwa tauhid adalah keyakinan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah (La
illaha Illalah), 5) Nilai religiusitas masyarakat kudus diwujudkan melalui ragam hias yang
akulturatif. Motif - motif seperti sulur - suluran atau gaya sulur - sulur, motif bunga lotus, motif
bunga teratai, motif burung hong, motif burung merak dan motif nanasan adalah motif yang
menyimbolkan atau mewakili kebudayaan Hindhu/Buddha, Cina, dan Islam