digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Bordir Icik merupakan komoditi kerajian tradisional yang mereprentasikan nilai sosial (kultural, identitas) masyarakat Kudus. Tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah untuk menemukan kolerasi antara nilai ‘Gusji’ pada estetika bordir icikKudus dan kaitannya dengan nilai religiusitas dalam estetika bordir Kudus yang dikaji melalui perspektif estetika sehingga penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini membatasi objek penelitian hanya pada bordir Kudus jenis bordir Icik yang diterapkan pada kebaya. Penelitian ini menghasilkan temuan yaitu, 1). Nilai Gusji pada sistem sosial menciptakan masyarakat religius yang diasosiasikan sebagai masyarakat santri, 2) Nilai Gusji adalah nilai kesalehan masyarakat kudus yang bersifat vertikal (habluminnallah) dan horizontal (habluminannas), 3) Dalam perspektif estetika, nilai Gus memiliki dua definisi yaitu “Gus” yang memuat arti keindahan dan “Gus” yang berarti kebaikan. Sementara itu, nilai Ji adalah nilai yang berkaitan dengan moral dan etika. Nilai Gusji menciptakan etika sosial yaitu tepa selira atau toleran, 4) Islam dibawa yang dibawa secara damai maka Islam yang hadir dimasyarakat Kudus adalah Islam Rahmatan Lil’Alamin. Religiusitas masyarakat Kudus berpijak pada tauhid yang humanis, sehingga ragam hias bordir lebih cenderung menampilkan ragam hias flora, fauna, dan geometri sebagai sikap kehati - hatian pada perbuatan syirik namun pedoman ini tidak mutlak karena pada “Gusji” tersebut masyarakat meyakini bahwa tauhid adalah keyakinan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah (La illaha Illalah), 5) Nilai religiusitas masyarakat kudus diwujudkan melalui ragam hias yang akulturatif. Motif - motif seperti sulur - suluran atau gaya sulur - sulur, motif bunga lotus, motif bunga teratai, motif burung hong, motif burung merak dan motif nanasan adalah motif yang menyimbolkan atau mewakili kebudayaan Hindhu/Buddha, Cina, dan Islam