digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Teuku Fadhlan Arnansyah
PUBLIC Alice Diniarti

PT Nodeflux Teknologi Indonesia (Nodeflux) merupakan perusahaan teknologi kecerdasan buatan. Pada tahun 2019, Nodeflux hanya dapat memenuhi 48% dari target pendapatannya dan adanya pademi Covid-19 membuat Nodeflux kesulitan mendapatkan pendapatan. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan pasar dan lingkungan yang berubah cepat dan Nodeflux belum sempurna dalam mendesain organisasi untuk dapat cepat merespon perubahan tersebut. Kemampuan untuk merespon dengan cepat, efektif, dan berkelanjutan merupakan definisi dari agility organisasi. Kondisi agility perusahaan diukur melalui penilaian maturitas agility organisasi menggunakan model maturitas agility organisasi oleh Gunsberg yang mengukur dimensi budaya, kepemimpinan dan manajemen, inovasi, strategi, pembelajaran dan perubahan, dan struktur. Namun, agility perlu diukur hingga level proses bisnis agar operasionalisasi perbaikan dapat diketahui Nodeflux. Pada penelitian ini akan dikembangkan model konseptual untuk mengukur maturitas agility pada proses bisnis prioritas yang mengukur dimensi inovasi dan pembelajaran dan perubahan. Prioritas proses bisnis dipilih melalui identifikasi proses bisnis kritis yang mengukur indikator dependency, probability of failure, dan impact, dan proses bisnis berpotensi agile yang mengukur indikator inovasi dan compliance. Hasil pengukuran maturitas agility organisasi dan proses bisnis menunjukkan Nodeflux berada pada tingkat maturitas agility transition dengan dimensi strategi dan inovasi yang menjadi prioritas perbaikan. Oleh karena itu, dibuat strategi untuk meningkatkan agility strategi dan inovasi yang dinamakan pedoman operasi strategis Nodeflux. Lalu, proses bisnis yang menjadi prioritas adalah product research, research in analytics trends, dan product marketing yang ditangani dengan pengadaan sistem informasi dan pengembangan pengelolaan proses feedback dan ide perbaikan untuk proses bisnis.