digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kanker payudara merupakan kanker paling umum kedua di dunia dan menjadi penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita yang disebabkan kerusakan genetik pada sel. Penyakit ini menyebabkan sel membelah dan tumbuh secara tidak normal, membentuk tumor ganas, dan menyerang jaringan payudara di sekitarnya hingga ke kelenjar getah bening terdekat atau ke organ lain di dalam tubuh. Oleh karena itu, penting dilakukan pendeteksian sejak dini untuk mencegah penyebaran kanker dan menentukan pengobatan yang efektif. Beberapa reseptor telah dikaitkan dengan pengendalian kanker payudara dan kemoterapi juga dilakukan melalui penekanan aktivitas reseptor seperti reseptor estrogen alpha (ER?), Heat Shock Protein 90 (HSP90), dan NUDIX hydrolase type 5 (NUDT5). Ketiga protein ini berperan dalam aktivitas kanker payudara diantaranya pada pertumbuhan tumor payudara, invasi, dan metastasi kanker payudara. Penekanan aktivitas reseptor protein tersebut dilakukan dengan terapi hormonal atau dengan senyawa inhibitor. Akan tetapi terapi hormonal dan penggunaan senyawa inhibitor masih menunjukkan efek samping yang merugikan pasien. Disisi lain, propolis merupakan senyawa herbal yang kaya akan manfaat karena aktivitas biologisnya. Kandungan senyawa propolis berbeda-beda bergantung pada jenis tanaman yang menjadi sumber makanan lebah dan spesies lebah. Secara umum senyawa propolis terdiri dari senyawa polifenol yaitu flavonoid, asam fenolik, dan ester, yang diduga memiliki sifat anti tumor. Pada masa sekarang, pendekatan in silico dengan bioinformatika menjadi penting dalam penemuan kandidat obat karena telah terbukti mempercepat proses penemuan obat dengan mengurangi waktu yang dibutuhkan, sumber daya, dan memungkinkan estimasi molekuler sebelum proses sintesis dilakukan. Pada tugas akhir ini, metode bionformatika meliputi penambatan molekuler dan simulasi dinamika molekuler digunakan untuk melihat potensi senyawa propolis dalam menghambat aktivitas reseptor protein pada kanker payudara. Estimasi parameter ADMET juga dilakukan untuk memprediksi sifat fisikokimia serta toksisitas senyawa propolis. Hasil yang diperoleh antara lain dari 124 senyawa propolis yang diperoleh dari data Nano Center Indonesia, 115 diantaranya memenuhi aturan Lipinski dan 86 memiliki sifat toksisitas rendah. Terdapat 6 senyawa propolis yang tidak dapat diestimasi toksisitasnya karena keterbatasan dataset dari perangkat lunak yang digunakan. Adapun prediksi sifat hepatoksisitas menunjukkan bahwa 122 senyawa propolis tidak memiliki potensi untuk menimbulkan sifat hepaktoksik. Adapun prediksi sifat mutagenik menunjukkan 101 senyawa propolis tidak berpotensi menimbulkan sifat mutagenik. Prediksi karsinogenesitas menunjukkan 191 senyawa propolis tidak berpotensi menimbulkan sifat karsinogen genotoksik dan 122 diantaranya juga tidak berpotensi menimbulkan sifat karsinogen non-genotoksik. Berdasarkan hasil penambatan molekuler, terdapat tiga senyawa propolis paling potensial untuk masing-masing protein target. Senyawa-senyawa ini memenuhi aturan Lipinski serta memiliki toksisitas yang rendah. Senyawa potensial tersebut antara lain ligan P51 (fawcettiine) dengan afinitas pengikatan sebesar ?9,2 kkal/mol, ligan P52 (3',4',7-trihydroxyisoflavanone) dengan afinitas pengikatan sebesar ?8,68 kkal/mol, dan ligan P54 (naringenin) dengan afinitas pengikatan sebesar ?8,46 kkal/mol dalam menghambat aktivitas ER?. Kemudian, ligan P51 (fawcettiine) dengan afinitas pengikatan sebesar ?9,39 kkal/mol, ligan P28 (7-O-?-L- Rhamnopyranosyl-kaempferol) dengan afinitas pengikatan sebesar ?9,31 kkal/mol, dan ligan P21 (baicalein-7-O-?-D glucopyranoside) dengan afinitas pengikatan sebesar ?9,23 kkal/mol dalam menghambat aktivitas HSP90 serta ligan P93 (silandrin) dengan afinitas pengikatan sebesar ?8,9 kkal/mol, ligan P27 (apigenin-7-O-galactopyranoside) dengan afinitas pengikatan sebesar ?8,7 kkal/mol, dan ligan P20 (kaempferol-7-O-?-L-rhamnoside) dengan afinitas pengikatan sebesar ?8,48 kkal/mol. Kestabilan pengikatan senyawa-senyawa propolis tersebut dengan masing-masing protein target kemudian dilihat dengan simulasi dinamika molekuler. Berdasarkan simulasi dinamika molekuler kandidat senyawa propolis terbaik yang memiliki interaksi kuat dan stabilitas yang baik untuk masing-masing protein target pada kanker payudara antara lain ligan P52 (3',4',7-trihydroxyisoflavanone) melalui 5 interaksi konstan dengan residu Met343, Thr349, Ala350, Leu353, dan Leu387 dalam menghambat aktivitas ER?, ligan P51 (fawcettiine) melalui 9 interaksi konstan dengan residu Leu48, Asn51, Ser52, Asp54, Asp93, Gly97, Leu108, Val184, dan Val186 dalam menghambat aktivitas HSP90, ligan P20 (kaempferol-7-O-?-L-rhamnoside) melalui 1 interaksi konstan dengan residu Asp133 dan ligan P27 (apigenin-7-O-galactopyranoside) melalui 1 interaksi konstan dengan residu Trp46 dalam menghambat aktivitas NUDT5.