Kanker payudara merupakan kanker paling umum kedua di dunia dan menjadi
penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita yang disebabkan kerusakan
genetik pada sel. Penyakit ini menyebabkan sel membelah dan tumbuh secara tidak
normal, membentuk tumor ganas, dan menyerang jaringan payudara di sekitarnya
hingga ke kelenjar getah bening terdekat atau ke organ lain di dalam tubuh. Oleh
karena itu, penting dilakukan pendeteksian sejak dini untuk mencegah penyebaran
kanker dan menentukan pengobatan yang efektif. Beberapa reseptor telah dikaitkan
dengan pengendalian kanker payudara dan kemoterapi juga dilakukan melalui
penekanan aktivitas reseptor seperti reseptor estrogen alpha (ER?), Heat Shock
Protein 90 (HSP90), dan NUDIX hydrolase type 5 (NUDT5). Ketiga protein ini
berperan dalam aktivitas kanker payudara diantaranya pada pertumbuhan tumor
payudara, invasi, dan metastasi kanker payudara. Penekanan aktivitas reseptor
protein tersebut dilakukan dengan terapi hormonal atau dengan senyawa inhibitor.
Akan tetapi terapi hormonal dan penggunaan senyawa inhibitor masih
menunjukkan efek samping yang merugikan pasien. Disisi lain, propolis
merupakan senyawa herbal yang kaya akan manfaat karena aktivitas biologisnya.
Kandungan senyawa propolis berbeda-beda bergantung pada jenis tanaman yang
menjadi sumber makanan lebah dan spesies lebah. Secara umum senyawa propolis
terdiri dari senyawa polifenol yaitu flavonoid, asam fenolik, dan ester, yang diduga
memiliki sifat anti tumor. Pada masa sekarang, pendekatan in silico dengan
bioinformatika menjadi penting dalam penemuan kandidat obat karena telah
terbukti mempercepat proses penemuan obat dengan mengurangi waktu yang
dibutuhkan, sumber daya, dan memungkinkan estimasi molekuler sebelum proses
sintesis dilakukan. Pada tugas akhir ini, metode bionformatika meliputi penambatan
molekuler dan simulasi dinamika molekuler digunakan untuk melihat potensi
senyawa propolis dalam menghambat aktivitas reseptor protein pada kanker
payudara. Estimasi parameter ADMET juga dilakukan untuk memprediksi sifat
fisikokimia serta toksisitas senyawa propolis. Hasil yang diperoleh antara lain dari
124 senyawa propolis yang diperoleh dari data Nano Center Indonesia, 115
diantaranya memenuhi aturan Lipinski dan 86 memiliki sifat toksisitas rendah.
Terdapat 6 senyawa propolis yang tidak dapat diestimasi toksisitasnya karena
keterbatasan dataset dari perangkat lunak yang digunakan. Adapun prediksi sifat
hepatoksisitas menunjukkan bahwa 122 senyawa propolis tidak memiliki potensi
untuk menimbulkan sifat hepaktoksik. Adapun prediksi sifat mutagenik
menunjukkan 101 senyawa propolis tidak berpotensi menimbulkan sifat mutagenik.
Prediksi karsinogenesitas menunjukkan 191 senyawa propolis tidak berpotensi
menimbulkan sifat karsinogen genotoksik dan 122 diantaranya juga tidak
berpotensi menimbulkan sifat karsinogen non-genotoksik. Berdasarkan hasil
penambatan molekuler, terdapat tiga senyawa propolis paling potensial untuk
masing-masing protein target. Senyawa-senyawa ini memenuhi aturan Lipinski
serta memiliki toksisitas yang rendah. Senyawa potensial tersebut antara lain ligan
P51 (fawcettiine) dengan afinitas pengikatan sebesar ?9,2 kkal/mol, ligan P52
(3',4',7-trihydroxyisoflavanone) dengan afinitas pengikatan sebesar ?8,68
kkal/mol, dan ligan P54 (naringenin) dengan afinitas pengikatan sebesar ?8,46
kkal/mol dalam menghambat aktivitas ER?. Kemudian, ligan P51 (fawcettiine)
dengan afinitas pengikatan sebesar ?9,39 kkal/mol, ligan P28 (7-O-?-L-
Rhamnopyranosyl-kaempferol) dengan afinitas pengikatan sebesar ?9,31
kkal/mol, dan ligan P21 (baicalein-7-O-?-D glucopyranoside) dengan afinitas
pengikatan sebesar ?9,23 kkal/mol dalam menghambat aktivitas HSP90 serta ligan
P93 (silandrin) dengan afinitas pengikatan sebesar ?8,9 kkal/mol, ligan P27
(apigenin-7-O-galactopyranoside) dengan afinitas pengikatan sebesar ?8,7
kkal/mol, dan ligan P20 (kaempferol-7-O-?-L-rhamnoside) dengan afinitas
pengikatan sebesar ?8,48 kkal/mol. Kestabilan pengikatan senyawa-senyawa
propolis tersebut dengan masing-masing protein target kemudian dilihat dengan
simulasi dinamika molekuler. Berdasarkan simulasi dinamika molekuler kandidat
senyawa propolis terbaik yang memiliki interaksi kuat dan stabilitas yang baik
untuk masing-masing protein target pada kanker payudara antara lain ligan P52
(3',4',7-trihydroxyisoflavanone) melalui 5 interaksi konstan dengan residu Met343,
Thr349, Ala350, Leu353, dan Leu387 dalam menghambat aktivitas ER?, ligan P51
(fawcettiine) melalui 9 interaksi konstan dengan residu Leu48, Asn51, Ser52,
Asp54, Asp93, Gly97, Leu108, Val184, dan Val186 dalam menghambat aktivitas
HSP90, ligan P20 (kaempferol-7-O-?-L-rhamnoside) melalui 1 interaksi konstan
dengan residu Asp133 dan ligan P27 (apigenin-7-O-galactopyranoside) melalui 1
interaksi konstan dengan residu Trp46 dalam menghambat aktivitas NUDT5.