Nanoselulosa bakteri (BNC) adalah bahan yang menjanjikan untuk penyembuhan luka bakar berkat keuntungan yang dimiliki. Sebagai contoh, bahan ini bersifat sangat biokompatibel, biodegradabel, dan memiliki tingkat kemurnian selulosa tinggi. Sintesis BNC memerlukan sumber karbon berlimpah. Mempertimbangkan metode produksinya yang fleksibel, air kelapa muda digunakan sebagai substitusi sumber karbon karena nilai ekonomis dan keberlimpahannya di negara tropis. Terlebih, karakteristik BNC memenuhi mayoritas sifat wound dressing yang optimal sehingga hanya memerlukan sedikit modifikasi untuk mencapai titik optimal. Modifikasi utama yang diperlukan BNC adalah peningkatan aktivitas antimikroba. Pada penelitian ini, aktivitas antimikroba diberikan dengan mengimpregnasi BNC menggunakan ekstrak propolis nonetanolik (PgEP). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan rendemen BNC yang diproduksi menggunakan media air kelapa; melakukan karakterisasi BNC terimpregnasi PgEP (BNC-P) menggunakan FTIR, efisiensi penjerapan, dan drug load; menentukan aktivitas antimikroba BNC-P terhadap Staphylococcus aureus; dan mendemonstrasikan aktivitas penyembuhan luka bakar secara in vivo. Menggunakan air kelapa sebagai substitusi sumber karbon menghasilkan rendemen 161,54 ± 35,92 g/L yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan media standar (p = 0,025). BNC-P memiliki efisiensi penjerapan sebesar 52,91 ± 1,16% dan drug load berbanding lurus dengan konsentrasi PgEP. Terkait aktivitas antimikroba, BNC-P pada tiga tingkat konsentrasi (1, 3, dan 5%) menunjukkan diameter hambat sebesar 7,7 ± 0,31, 12,22 ± 0,99, dan 13,68 ± 1,58 mm secara berturut-turut. Pada demonstrasi penyembuhan luka bakar in vivo, BNC-P dengan konsentrasi 1% (BNC-P1) memiliki aktivitas penyembuhan luka paling tinggi.