PT. Berkarya Maju Mandiri merupakan industri manufaktur furnitur yang memiliki
lokasi kantor dan workshop yang terpisah. Lokasi workshop yang dimiliki
perusahaan digunakan sebagai tempat produksi furnitur yang fokus dikerjakan oleh
para karyawan pada Departemen Technical and Production. Di dalam proses
produksinya, perusahaan telah menetapkan pembagian pekerjaan yang dinilai
sesuai dengan spesialisasi keahlian pada setiap individu karyawannya. Namun,
ternyata banyak keluhan mengenai beban kerja yang tinggi yang dialami oleh para
karyawan. Hal tersebut bersinggungan dengan turnover intention karyawan yang
semakin naik dalam beberapa bulan ke terakhir. Oleh karenanya, perusahaan
seharusnya tidak hanya membagi pekerjaan berdasarkan spesialisasi keahlian
karyawannya, namun juga harus dapat memberikan pekerjaan dengan beban kerja
yang merata agar dapat meningkatkan efisiensi alur produksi dan mengoptimalkan
kinerja para karyawannya.
Perusahaan perlu mengetahui tingkat kepuasan karyawan dengan melakukan
survey kepuasan kerja dan mengevaluasi faktor yang paling mempengaruhi
ketidakpuasan kerja karyawan. Metode yang dapat dilakukan untuk mengukur
kapabilitas beban kerja karyawan adalah dengan melakukan pengukuran beban
kerja mental dan fisik menggunakan metode NASA-Task Load Index dan
Cardiovascular Load. Kedua metode tersebut dapat merepresentasikan beban kerja
yang dialami karyawan dalam data kuantitatif sehingga membantu perusahaan dalam menilai kesenjangan antara beban kerja aktual yang diterima dengan
kapabilitas setiap karyawan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Departemen Teknis dan Produksi memiliki
paling banyak karyawan yang mengalami beban kerja yang tinggi, sehingga
diperlukan metode pembagian beban kerja yang relevan dengan jenis pekerjaan
pada Departemen Teknis dan Produksi. Pekerjaan pada departemen ini berorientasi
pada proses operasional untuk memproduksi furniture dengan beberapa elemen
pekerjaan yang dikelompokkan dalam satu stasiun kerja yang telah ditentukan.
Rancangan yang dapat diimplemetasikan bagi perusahaan untuk membagi beban
pekerjaan karyawan adalah dengan menggunakan metode assembly-line balancing.
Ada dua pendekatan yang digunakan untuk melakukan penyeimbangan lini
perakitan dalam studi ini, yaitu dengan pendekatan Largest Candidate Rule dan
Ranked Positional Weight. Hasil dari penyeimbangan lini perakitan yang paling
optimal yaitu dengan pendekatan Ranked Positional Weight. Hasil penyeimbangan
lini yang baru membutuhkan jumlah stasiun kerja minimum sebanyak 7 stasiun
kerja. Dari pengelompokan elemen-elemen pekerjaan ke dalam 7 stasiun kerja yang
telah ditentukan menghasilkan nilai efisiensi lintasan yang meningkat sebesar 20%,
penyeimbangan lini dengan pendekatan RPW juga mampu mengurangi balance
delay sebesar 19,98% dan menekan nilai smoothing index hingga angka 52,7.
Perpustakaan Digital ITB