digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PT. Berkarya Maju Mandiri merupakan industri manufaktur furnitur yang memiliki lokasi kantor dan workshop yang terpisah. Lokasi workshop yang dimiliki perusahaan digunakan sebagai tempat produksi furnitur yang fokus dikerjakan oleh para karyawan pada Departemen Technical and Production. Di dalam proses produksinya, perusahaan telah menetapkan pembagian pekerjaan yang dinilai sesuai dengan spesialisasi keahlian pada setiap individu karyawannya. Namun, ternyata banyak keluhan mengenai beban kerja yang tinggi yang dialami oleh para karyawan. Hal tersebut bersinggungan dengan turnover intention karyawan yang semakin naik dalam beberapa bulan ke terakhir. Oleh karenanya, perusahaan seharusnya tidak hanya membagi pekerjaan berdasarkan spesialisasi keahlian karyawannya, namun juga harus dapat memberikan pekerjaan dengan beban kerja yang merata agar dapat meningkatkan efisiensi alur produksi dan mengoptimalkan kinerja para karyawannya. Perusahaan perlu mengetahui tingkat kepuasan karyawan dengan melakukan survey kepuasan kerja dan mengevaluasi faktor yang paling mempengaruhi ketidakpuasan kerja karyawan. Metode yang dapat dilakukan untuk mengukur kapabilitas beban kerja karyawan adalah dengan melakukan pengukuran beban kerja mental dan fisik menggunakan metode NASA-Task Load Index dan Cardiovascular Load. Kedua metode tersebut dapat merepresentasikan beban kerja yang dialami karyawan dalam data kuantitatif sehingga membantu perusahaan dalam menilai kesenjangan antara beban kerja aktual yang diterima dengan kapabilitas setiap karyawan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Departemen Teknis dan Produksi memiliki paling banyak karyawan yang mengalami beban kerja yang tinggi, sehingga diperlukan metode pembagian beban kerja yang relevan dengan jenis pekerjaan pada Departemen Teknis dan Produksi. Pekerjaan pada departemen ini berorientasi pada proses operasional untuk memproduksi furniture dengan beberapa elemen pekerjaan yang dikelompokkan dalam satu stasiun kerja yang telah ditentukan. Rancangan yang dapat diimplemetasikan bagi perusahaan untuk membagi beban pekerjaan karyawan adalah dengan menggunakan metode assembly-line balancing. Ada dua pendekatan yang digunakan untuk melakukan penyeimbangan lini perakitan dalam studi ini, yaitu dengan pendekatan Largest Candidate Rule dan Ranked Positional Weight. Hasil dari penyeimbangan lini perakitan yang paling optimal yaitu dengan pendekatan Ranked Positional Weight. Hasil penyeimbangan lini yang baru membutuhkan jumlah stasiun kerja minimum sebanyak 7 stasiun kerja. Dari pengelompokan elemen-elemen pekerjaan ke dalam 7 stasiun kerja yang telah ditentukan menghasilkan nilai efisiensi lintasan yang meningkat sebesar 20%, penyeimbangan lini dengan pendekatan RPW juga mampu mengurangi balance delay sebesar 19,98% dan menekan nilai smoothing index hingga angka 52,7.