digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PT. Alpha Oil Indonesia (AOI) memiliki 4 (empat) camp di Provinsi Riau untuk mendukung operasinya di Sumatera (SMO). Asset Management & Logistics (AM&L) adalah team yang berada di bawah Support Services Group (SSG) yang memiliki tanggung jawab dalam mengelola dan mengoperasikan camp tersebut. Saat ini, kecendungan bisnis AOI menurun. Produksi minyak mentah menurun dalam beberapa tahun terakhir karena penurunan alami dan lapangan produksi yang tua termasuk rendahnya tingkat penggantian cadangan dan menurunnya upaya eksplorasi. Dengan kondisi bisnis yang menurun saat ini dan untuk patuh terhadap peraturan pemerintah, jumlah asset yang dimiliki melebihi kebutuhan. Kondisi ini menjadi tantangan bagi Perusahaan. Penurunan penggunaan asset mengakibatkan jumlah asset yang idle yang tersebar dibeberapa lokasi, mengakibatkan operasi dan perawatan menjadi tidak efisien. Sementara, Perusahaan harus tetap menjaga dan memelihara asset hingga serah terima setelah berakhirnya PSC Contract pada Agustus 2021. Team saat ini yang bertanggung jawab untuk mengelola, mengoperasikan dan merawat asset camp yaitu AM&L team belum memiliki proses standar dan jalur kerja bagaimana mengelola idle asset untuk mencegah dari kerusakan dan beroperasi dengan biaya yang efisien. Strategi operasi yang baru dikembangkan untuk mengelola idle asset. Ini adalah top down program, dengan keputusan tingkat tinggi. Alternative telah dikembangkan dan dipilih oleh adhoc team yang disebut Indoasia Asset Unit Efficiency (IAUE) Team. Team proyek bertanggungjawab untuk membuat strategi detail yang sejalan dengan operasi team. Metodologi yang digunakan merupakan gabungan dari diskusi team proyek dan studi literature. Konsep strategi operasi dari Waters (2006) dan Slack & Lewis (2011) digunakan dalam mengembangkan strategi operasi yang baru. Asset Management Preservation (AMP) program dikembangkan sebagai strategi operasi yang baru AMP adalah strategi baru untuk membuat aktivitas operasi dan perawatan berjalan dengan efisien. AMP membagi asset yang ada kedalam 3 (tiga) tipe dengan perlakuan dan proses yang berbeda. Pertama, asset aktif akan tetap mengikuti proses saat ini. Kedua, un-usable asset akan diusulkan untuk mengikuti proses Abandonment & Site Restoration (ASR) or Asset Retirement Obligation (ARO). Ada 3 (tiga) proses utama dalam preservasi untuk membuat proses lebih efisien. Pertama, membongkar utilitas yang tidak diperlukan lagi mengingat asset dalam kondisi idle dan tidak dihuni. Ini akan menghemat sejumlah biaya operasi. Kedua, melakukan pengecekan dan patrol rutin dan merekomendasikan tindaklanjut yang diperlukan. Ketiga, melakukan perawatan rutin dengan persyaratan minimum and malakukan tindaklanjut dari temuan pada pemeriksaan rutin untuk mencegah kerusakan asset. Proses tersebut di standarisasi dalam dokumen formal yang harus dilaksanakan dan di evaluasi untuk memastikan proses sejalan dengan kebutuhan tambahan yang ditemukan pada saat pelaksanaan. Internal tools Perusahaan, Management of Change (MOC) juga diterapkan Dalam tahap pelaksanaan untuk mengelola perubahan dan mencegah insiden, mendukung operasi yang efisien dan tangguh, dan mencegah resiko yang tidak diharapkan timbul selama proses berlangsung. Pelaksanan AMP adalah sesuatu yang mungkin dilakukan dan dapat diterapkan tanpa adanya tambahan sumberdaya. Pelaksanan AMP juga sejalan dengan strategi Perusahaan terbaru and upaya efisiensi, memiliki potensi penghematan biaya hingga 28% dari biaya operasi saat ini dan sangat penting lancarnya proses serahterima setelah berakhirnya PSC Contract. Kepemimpinan yang visible, evaluasi rutin dan melibatkan orang yang tepat adalah faktor mendukung kesuksesan pelaksanaan strategi ini.