digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Energi adalah kebutuhan strategis negara-negara di dunia, di mana minyak terus memegang bagian terbesar dari bauran energi, terhitung 31,2% dari total konsumsi energi primer. Setiap negara berkewajiban untuk menjamin kebutuhan jangka panjangnya. Namun demikian, hal ini bukanlah sesuatu yang sederhana, terlebih dalam kondisi dimana cadangan minyak mentah dunia saat ini yang terbatas sementara konsumsi energi dunia yang terus tumbuh, termasuk Indonesia. Kondisi ini menyebabkan perburuan minyak mentah akan semakin sulit. Kesulitan dalam menyediakan minyak mentah yang tepat untuk setiap kilang sesuai konfigurasi desain masing-masing akan mempengaruhi margin kilang sehubungan dengan terjadinya konsekuensi operasi seperti penurunan kapasitas operasi, penurunan jumlah produk yang diharapkan, kehilangan hidrokarbon, dan permasalahan peralatan. Fenomena ini telah terjadi di PT. XYZ dimana sering terjadi penyimpangan antara komposisi minyak mentah yang diinginkan untuk kilang sesuai rencana dengan minyak mentah yang diperoleh dari proses pengadaan. Kondisi ini mempengaruhi pencapaian margin dan menyebabkan munculnya konsekuensi operasional. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan dan memberikan solusi berdasarkan akar penyebabnya. Melalui metode Six Sigma DMAIC, analisa masalah dilakukan dan ditemukan akar penyebab masalah adalah karena strategi pengadaan yang diterapkan tidak lagi sesuai dengan kondisi saat ini dimana sumber minyak mentah dunia sudah sangat berkurang sementara persaingan dalam berburu minyak mentah sedemikian ketatnya. Strategi saat ini cenderung membatasi pilihan minyak mentah, pasif dan kurang fleksibel dalam perburuan minyak mentah, serta cenderung menyebabkan kehilangan peluang dalam mendapatkan minyak yang memberikan nilai lebih baik. Oleh karena itu, beberapa strategi diusulkan sebagai solusi, yaitu skema Value Based Crude Selection+ (VBCS+) dan skema Crude Value Relative (CVR). Selanjutnya, kedua solusi alternatif ini dianalisis menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP) dengan kesimpulan bahwa CVR lebih cocok sebagai solusi untuk meningkatkan proses bisnis saat ini. Untuk memastikan strategi baru ini akan dilakukan dan dikendalikan secara efektif, Rencana Pelaksanaan harus dikembangkan, meliputi 3 (tiga) dimensi yang perlu dikelola, yaitu Proses, Orang dan Alat. Dengan menerapkan strategi baru ini sesuai dengan rencana implementasi, diyakini bahwa perbaikan seperti yang diharapkan perusahaan akan dapat tercapai.