Pupuk Kalimantan Timur merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi pupuk NPK di
Indonesia. Untuk memperluas cakupan penjualan, mulai tahun 2018, perusahaan juga melakukan
penjualan ke tingkat retail, yaitu ditujukan kepada distributor dan pengecer. Namun, dari awal
dilakukannya penjualan tersebut hingga tahun 2020, Dep. Pemasaran NPK belum pernah mencapai
target penjualan sebagaimana ditentukan oleh pemegang saham. Sedangkan penjualan produk NPK
di sektor retail merupakan salah satu komponen Key Performance Indicator (KPI) perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan strategi bisnis yang dapat diterapkan untuk memperbaiki
kinerja penjualan produk NPK pada sektor retail.
Untuk mengetahui penyebab kegagalan perusahaan dalam mencapai target penjualan, penulis
mencari tahu faktor internal dan eksternal perusahaan yang berkaitan dengan penjualan produk NPK
nonsubsidi retail. Berbagai informasi baik internal dan eksternal perusahaan diperoleh melalui
sumber primer dan sekunder. Sumber primer meliputi wawancara kepada karyawan perusahaan dan
pemilik toko retail, selain itu juga dilakukan survey kepada distributor dan pengecer untuk
mengetahui persepsi mereka terhadap produk NPK nonsubsidi milik Pupuk Kaltim. Sedangkan
sumber sekunder berasal dari laporan internal perusahaan seperti laporan bulanan dan laporan
tahunan sedangkan laporan eksternal perusahaan seperti laporan Badan Pusat Statistik (BPS) dan
laporan dari Kementerian. Kemudian data-data tersebut diolah untuk mengetahui apa yang akar
masalah yang menyebabkan Dep. Pemasaran NPK tidak berhasil mencapai target yang telah
ditentukan. Analisa yang digunakan adalah Porter’s Five Forces, PESTEL, Competitor Analysis,
Marketing Mix, dan analisa STP. Untuk memecahkan permasalahan tersebut, disusun strategi dengan
mengacu pada framework TOWS. Selain itu, penulis juga memberikan saran perbaikan untuk STP
dan menjabarkan beberapa produk baru ke dalam Business Model Canvas.
Akar masalah dari tidak tercapainya target penjualan produk NPK retail adalah pembelian bahan
baku dengan kuantitas kecil, lokasi produksi yang jauh dari target pasar, belum adanya STP yang
jelas dan spesifik, tidak adanya insentif penjualan kepada distributor dan pengecer, dan metode
pembayaran yang kurang fleksibel. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, strategi yang akan
diterapkan adalah menurunkan harga produk dengan melakukan pengadaan bersama dan
memproduksi NPK secara makloon. Kemudian untuk menarik minat distributor, pengecer, dan
petani untuk membeli produk NPK nonsubsidi adalah dengan memproduksi NPK nonsubsidi retail
dengan ukuran kemasan yang lebih kecil, membuat produk baru hasil kerjasama dengan perbankan,
asuransi dan perusahaan offtaker hasil pertanian, melakukan promosi dan pemasaran lebih fokus
untuk pertanian tanaman pangan di Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, and
Nusa Tenggara Barat, serta memberikan insentif kepada distributor, pengecer serta petani yang
melakukan pembelian atau penjualan dalam jumlah tertentu.
Perpustakaan Digital ITB