digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sejak kesuksesan program konversi minyak tanah ke LPG pada tahun 2007, Indonesia telah menjadi konsumen besar LPG di dunia. Namun, Indonesia memiliki keterbatasan produksi LPG domestik dan kini bergantung pada LPG impor. Sebagai BUMN yang ditunjuk mengoperasikan & memelihara kilang LNG Bontang dan mengolah gas dari East Kalimantan Gas Producers, PT Badak NGL mengusulkan proyek untuk meningkatkan produksi LPG domestik di fasilitas tersebut. Inisiatif ini akan membantu pemerintah mengurangi impor LPG dan menguntungkan Gas Producers untuk mengekstrak lebih banyak LPG dan berpotensi memaksimalkan pendapatan. Karena keunikan skema bisnisnya, PT Badak NGL mengoperasikan, memelihara dan memodifikasi kilang LNG Bontang dengan mekanisme “at cost” dan menjadi bagian dari biaya penjualan LNG yang ditanggung oleh Gas Producers. Oleh karena itu, Gas Producers menjadi pihak yang akan memutuskan untuk menerima atau menolak usulan proyek tersebut. Kajian ini bertujuan untuk memberikan justifikasi atas keputusan investasi proyek optimalisasi produksi LPG dari sudut pandang keekonomian melalui evaluasi anggaran modal dan kajian risiko. Hasil evaluasi anggaran modal pada skenario base case menyimpulakan bahwa usulan proyek dapat memberikan manfaat keekonomian dengan estimasi nilai PV sebesar 11.6 juta USD, IRR 67% dan DPBP selama 1,2 tahun. Namun demikian, kajian juga menyimpulkan bahwa keekonomian proyek sangat bergantung pada berbagai aspek di luar kendali perusahaan seperti harga komoditas dan karakteristik laju dan komposisi gas umpan. Analisis risiko yang matang dengan metode simulasi Monte Carlo menunjukkan bahwa meskipun memiliki keekonomian yang sangat sensitif, usulan proyek diprediksi memiliki tingkat keberhasilan yang cukup tinggi, yaitu 83,2%. Jika perusahaan mempertimbangkan alternatif beralih ke sumber listrik dengan harga yang lebih murah dan pasti, hal ini dapat meningkatkan keekonomian dan peluang keberhasilan proyek hingga 93.1%.