Pengembangan penambangan batubara tambang terbuka tidak terlepas dari proses
persiapan konstruksi sipil di wilayah pertambangan. Apalagi jika pembangunan itu
penting untuk perluasan tambang yang akan menghasilkan jutaan ton batu bara setiap
tahun. Jalan angkut batubara, fasilitas kolam sedimen, pengalihan jalan nasional,
pengalihan sungai, terowongan mikro, pembangunan jalan layang adalah pekerjaan
utama yang akan disiapkan untuk mendukung tahap ini. Sejumlah besar uang akan
dialokasikan untuk kesiapan penganggaran modal. Selain itu, dalam menjalankan usaha
permodalan ini akan diberikan alternatif keputusan dalam strategi pemanfaatan aset.
Pilihannya adalah membeli peralatan sendiri, menyewa atau menggunakan kontraktor
untuk menyelesaikanya. Tidak semua perusahaan pertambangan batubara
mempekerjakan kontraktor dalam kegiatan operasionalnya. Pertama, organisasi ini
merupakan pionir di awal penambangan batu bara di mana tidak ada pesaing saat itu.
Kedua, mereka memiliki aset pekerja dan peralatan yang memadai. Dibandingkan dengan
modal lainnya, alat berat merupakan faktor dasar dalam pengembangan dari industri
pertambangan, di mana itu bisa menjadi investasi modal jangka panjang terbesar bagi
banyak organisasi. Kajian ini bermaksud untuk menganalisa proses penganggaran modal
dan memutuskan alternatif mana yang lebih efisien antara membeli alat berat, menyewa,
atau mempekerjakan kontraktor. Hasil studi dari PT Indonesia Mining, opsi sewa menjadi
opsi paling efisien dibandingkan membeli alat sendiri atau menyewa kontraktor.
Perpustakaan Digital ITB