digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Makalah penelitian ini bertujuan untuk mengetahui optimasi portofolio saham perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan model Markowitz selama masa pandemi Covid-19. Industri farmasi menghadapi kondisi peningkatan yang moderat dimana permintaan produk farmasi terkait penanganan COVID-19 meningkat sedangkan permintaan produk yang tidak terkait langsung dengan COVID-19 menurun. Di masa pandemi, resesi ekonomi juga menyebabkan pasar modal terpuruk. IHSG sempat memasuki titik terendah pada 24 Maret 2020 di level 3.937,63 akibat aksi jual investor baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini juga berdampak pada harga saham sejumlah emiten farmasi yang juga melemah pada Maret 2020. Namun, harga saham emiten farmasi kembali meningkat meski kinerja keuangan perusahaan farmasi masih belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Ketika ada isu kemungkinan vaksin tersedia dalam waktu dekat, harga saham emiten farmasi melonjak. Selama tahun 2020, hampir seluruh harga saham perusahaan farmasi mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan optimisme vaksinasi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang akan berdampak positif. Kenaikan harga saham perusahaan farmasi yang berbanding terbalik dengan kinerja keuangan menimbulkan pertanyaan bagi investor. Evaluasi persediaan obat dilakukan dengan menganalisis nilai saham melalui risiko dan pengembaliannya untuk menghasilkan portofolio yang optimal. Evaluasi stok farmasi yang dihitung melalui Model Markowitz untuk menghasilkan portofolio yang optimal. Berdasarkan diversifikasi portofolio, model Markowitz menghitung kovarians menggunakan hubungan varians-kovarians yang kompleks. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata dalam jumlah emiten saham yang membentuk portofolio. Perhitungan pertama dengan menggunakan bobot yang sama menunjukkan bahwa portofolio yang terdiri dari 10 saham dengan bobot masing-masing 10% menghasilkan nilai expected return 41,8% dan standar deviasi 33,7%. Sedangkan perhitungan kedua yang menggunakan bobot optimal pada portofolio yang terdiri dari enam emiten saham yaitu KLBF dengan bobot 1,36%, SIDO dengan bobot 55,67%, TSPC dengan bobot 8,91%, SOHO dengan bobot 20,27 %, INAF dengan bobot 2,72%, dan PYFA dengan bobot 11,07%. Evaluasi portofolio optimal dengan menggunakan parameter Markowitz menunjukkan bahwa expected return tertinggi dan risiko terendah masing-masing sebesar 25,19% dan 16,29%. Portofolio optimal yang dibentuk dengan metode Markowitz cocok untuk investor yang menghindari risiko, yang tidak menyukai risiko tinggi tetapi menginginkan pengembalian yang optimal.