digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

CSR saat ini menjadi topik hangat di industri ekstraktif seperti pertambangan batubara karena pelaksanaannya menghasilkan perspektif yang bervariasi di antara para pemangku kepentingan. Persoalannya adalah bagaimana menjaga bisnis tetap berjalan ketika pemangku kepentingan pertambangan memiliki kesan yang tidak tepat. Sudut pandang yang berlawanan termasuk melihat CSR sebagai investasi sosial jangka pendek daripada investasi sosial jangka panjang. Sementara itu, pemangku kepentingan eksternal masih sering menganggapnya sebagai uang tunai semata. Meskipun CSR mengintegrasikan dunia usaha dengan kinerja lingkungan sosialnya, implementasinya menjadi tantangan karena kurangnya pemahaman baik dari dalam maupun dari luar. Pertanyaan seperti apakah program CSR memiliki keterkaitan dengan kepemimpinan keberlanjutan perusahaan mungkin muncul. Selanjutnya, untuk menilai bagaimana kinerja pengelolaan program CSR dapat mempengaruhi kelancaran fungsi bisnis, tata kelola menjadi penting dalam implementasinya. Meskipun sertifikasi tidak diperlukan, perusahaan tempat penelitian dilakukan menggunakan pedoman ISO 26000. Studi ini menggunakan pendekatan analisis kesenjangan ISO 26000, dan pengungkapannya menunjukkan hasil yang sangat baik di bidang prinsip CSR, tata kelola organisasi, dan keterlibatan dan pengembangan masyarakat, dengan skor masing-masing berturut-turut -87.67 persen, 80.58 persen, and 83.23 persen,. Partisipasi pemangku kepentingan dalam setiap siklus proyek pemangku kepentingan merupakan bagian integral dari implementasi CSR, termasuk ketika Perusahaan menyampaikan laporan keberlanjutan dengan menggunakan Standar GRI (Global Reporting Initiatives). Sementara itu, penulis menggunakan pendekatan analisis SROI (Social Return on Investment) untuk memonetisasi nilai intangible, membandingkan nilai manfaat program dengan nilai investasi untuk memastikan efektivitas program CSR. Program CSR yang efektif dapat membawa perubahan di masyarakat sebagai nilai tambah bagi kedua belah pihak, terutama ketika berkolaborasi dan melibatkan pemangku kepentingan program. Langkah-langkah kepemimpinan dalam memenuhi efektivitas program CSR dan melibatkan pemangku kepentingan telah mengimplementasikan peta strategi CSR yang sudah ada di Balanced Score Card divisi pelaksana CSR. Perusahaan yang mengembangkan kemitraan dan menciptakan nilai bersama dengan pemangku kepentingan dalam mengimplementasikan inisiatif CSR membuktikan penerapan strategi bisnis untuk mendapatkan keunggulan kompetitif jangka panjang yang berkelanjutan.