2022_TS_PP_Fakhri Arsyi Hawari_29119046_1-Abstrak.pdf)u
PUBLIC Open In Flipbook Yose Ali Rahman
Tahun 2020 menjadi tahun yang tidak menyenangkan bagi masyarakat di seluruh
dunia dikarenakan oleh menyebarnya virus COVID-19. Untuk meminimalisir
penyebaran virus, pemerintah Indonesia memberlakukan lockdown, yang
menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat. Situasi ini mempengaruhi
penjualan dari perusahaan yang berdampak pada kerugian yang dialami. Hal ini
menyebabkan ekonomi runtuh dan mengalami resesi. Runtuhnya ekonomi juga
mempengaruhi pasar modal yang jatuh di titik terendah selama lima tahun terakhir.
Pada kondisi ini, investor harus berhati-hati dalam mengatur investasinya,
khususnya pada saham, karena saham sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan
sentiment pasar. Salah satu cara untuk mengatur investasi yaitu dengan
menganalisis komposisi portfolio yang akan memberikan tingkat pengembalian
yang tinggi dengan risiko yang kecil. Cara yang paling umum digunakan untuk
menyusun portfolio saham yaitu metode Markowitz. Metode ini bertujuan untuk
menyusun portfolio yang menghasilkan tingkat pengembalian tertentu dan
mengetahi seberapa besar risikonya dengan menggunakan difresivikasi.
Berdasarkan pertumbuhan sektor industri, ada empat sektor yang selalu tumbuh
melebihi Jakarta Composite Index (JKSE) dalam beberapa bulan terakhir. Keempat
sektor tersebut yaitu agrikultur, keuangan, pertambahan, dan perdagangan. Saham
akan dipilih dari keempat sektor tersebut. Tugas akhir ini menggunakan data harga
penutupan harian saham pada Bursa Efek Indonesia yang diunduh dari yahoo
finance dari Januari 2016 sampai April 2021. Analisa portfolio dilakukan dengan
metode Markowitz. Metode Markowitz menghasilkan portfolio optimum dengan
54,81% tingkat pengembalian tahunan dan 24,42% risiko. Portfolio ini terdiri dari
26,11% DEFI; 14,92% ZBRA; 12,21% ANTM; 8,95% WICO; 8,81% INDY;
8,54% BINA; 8,21% PTRO; 6,26% BBHI; dan 6,00% KONI. Nilai Aktiva Bersih
dari portfolio ini yaitu Rp10.745.
Perpustakaan Digital ITB