digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Industri hulu migas berdampak pada lingkungan terutama munculnya limbah, baik limbah eksplorasi maupun produksi. Tumpahan minyak mentah terjadi di permukaan bumi selama proses produksi, transportasi, dan penyimpanan minyak. Limbah yang sebagian besar dalam bentuk lumpur minyak, termasuk limbah bahan beracun dan berbahaya (B3). Tanah terkontaminasi minyak (COCS) berbahaya bagi kesehatan manusia, flora dan fauna, oleh karena itu, salah satu masalah aktual untuk menormalkan fungsi sistem biologis dan ekologis di daerah penghasil minyak adalah remediasi dan pemanfaatan COCS yang efisien. PT. XYZ telah mengembangkan beberapa strategi untuk mempercepat proses remediasi dan memenuhi kebutuhan dan ketepatan waktu, termasuk perhitungan kapasitas lahan/area yang akan ditingkatkan dalam hal pemanfaatan kapasitas dan fasilitas pengolahan. Bioremediasi adalah teknik biologis yang menggunakan mikroba alami untuk membantu menguraikan rantai hidrokarbon yang dilakukan oleh setiap usaha dan/atau kegiatan minyak dan gas bumi serta kegiatan produksi lainnya, diperlukan limbah minyak bumi untuk mengolah limbah tersebut. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah proses pemulihan area dari COCS akibat kegiatan eksplorasi dan produksi di PT. XYZ telah dilakukan secara optimal dan efisien sesuai dengan kewajiban dan tanggung jawab kepada Pemerintah Indonesia. Ada berbagai faktor dan cara untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses perencanaan dan pelaksanaan, beberapa di antaranya adalah pemanfaatan kapasitas proses, alokasi volume, jadwal, sumber daya dan peralatan yang perlu dijabarkan untuk mencapai target remediasi. PT. XYZ menyadari bahwa dari proses remediasi yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir, terlihat bahwa keselarasan antara volume COCS dan kapasitas pengolahan merupakan faktor yang sangat penting dalam sinergi dengan proses pembebasan lahan untuk melakukan proses implementasi maksimal sesuai target. Semua variabel tersebut perlu dikelola dengan baik, jika tidak, alih-alih mendukung implementasi tujuan, hal itu dapat menjadi hambatan dalam pelaksanaan proyek remediasi. Penulis menggunakan metode Kepner-Tregoe Situation Analysis (SA) dan Root Cause Analysis (RCA) dan pendekatan menggunakan Kepner-Tregoe Potential Problem Analysis (PPA) dan Decision Analysis (DA) untuk mengidentifikasi sumber masalah di PT XYZ. Masalah telah diidentifikasi melalui Analisis Penyebab Akar, Diagram Sebab-Akibat dan dikategorikan ke dalam beberapa faktor penting, yaitu proses, orang, perencanaan dan penjadwalan serta regulasi. Setiap faktor juga dianalisis untuk mulai merencanakan solusi dan memecahkan masalah. Tiga hal yang saling terkait adalah status tanah atau area yang akan diperbaiki, waktu yang diperlukan untuk persetujuan anggaran dan rencana dan perkiraan volume COCS. Ada beberapa masalah yang perlu diidentifikasi lebih lanjut untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses remediasi. Masalah tersebut kemudian melalui proses analisis situasi, diklasifikasikan ke dalam beberapa pendekatan analisis proses, yaitu analisis masalah, analisis keputusan dan analisis potensi masalah. Dari penilaian analisis situasi, ada satu hal yang perlu dikaji lebih lanjut melalui pendekatan analisis masalah. Proses tersebut akan mengidentifikasi masalah sumber daya (tenaga kerja dan peralatan) dan bagaimana mengoptimalkan sumber daya untuk mendukung proses implementasi situs. 2 (dua) faktor yang berkaitan erat dalam menentukan rencana pembersihan tanah yang terkontaminasi minyak, yaitu status lahan atau area yang akan diperbaiki dan perkiraan volume COCS. Identifikasi status lahan akan menentukan volume COCS yang akan diperbaiki. Sementara itu, analisis potensi masalah akan mengidentifikasi waktu yang diperlukan untuk penganggaran, persetujuan rencana dan pelaksanaan proses, kapasitas pemrosesan terbatas dan biaya perbaikan yang tinggi. Semua faktor yang mempengaruhi proses perencanaan dan pelaksanaan, termasuk sumber daya manusia, infrastruktur atau peralatan dan faktor lainnya adalah untuk meningkatkan akurasi rencana yang dibuat untuk proses implementasi. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses implementasi, perlu dipastikan optimalisasi setiap tahapan proses remediasi. Setiap rangkaian proses harus bersinergi dengan baik untuk memastikan bahwa proses selanjutnya dapat dilaksanakan dengan benar baik dari segi biaya, waktu maupun kualitas.