digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PT. XYZ adalah perusahaan yang bergerak dalam sub sektor f ashion and craf t yang memproduksi jam tangan kayu di Indonesia. Saat ini PT. XYZ menghadapi beberapa tantangan dalam menjual produknya karena era VUCA dan situasi pandemi COVID-19. Di tahun 2020 dalam menghadapi situasi pandemi, PT. XYZ menghadapi penurunan penjualan, kesulitan dalam menghasilkan desain baru, dan penurunan hasil dari umpan balik konten keluaran dan kampanye di media sosial. Untuk bertahan dan meningkatkan kinerja mereka di era ketidakpastian ini dalam menghadapi persaingan yang ketat, kreativitas sangat dibutuhkan. Meski kreativitas sangat dibutuhkan agar bisnis mereka tetap berkembang, PT. XYZ merasa kesulitan untuk merangsang pemikiran kreatif dari karyawan. Agar bisnis mereka tetap berkembang dan membantu perusahaan memiliki keunggulan kompetitif, perusahaan mempertimbangkan kembali untuk menciptakan produk baru yang unik bagi konsumen dengan meningkatkan kreativitas karyawan mereka melalui lingkungan kerja karena kinerja karyawan dalam menghasilkan output kreatif terutama dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja. Berkaitan dengan kreativitas di tempat kerja, isu tentang potensi kurangnya dukungan dari lingkungan kerja yang mendukung kreativitas ditemukan di PT. XYZ. Penelit ian ini bertujuan untuk membantu PT. XYZ meningkatkan kreativitas karyawannya dengan menemukan situasi lingkungan kerja saat ini, menganalisis hubungan antar faktor lingkungan kerja, dan menganalisis akar penyebab dari lingkungan kerja yang tidak mendukung kreativitas di PT. XYZ. Populasi penelit ian ini adalah karyawan PT. XYZ yang melakukan pekerjaan kreatif dari divisi pemasaran, divisi kreatif, dan divisi Research and Development (R&D) yang berjumlah 34 orang. Penulis menggunakan “KEYS Questionnaire” dari Amabile untuk mengukur skor lingkungan kerja dalam penelitian ini. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa faktor lingkungan kerja yang menunjukkan skor tertinggi adalah Work Group Support and Challenging Work (3,26) sedangkan skor terendah diperoleh oleh faktor Organizational Impediments (2,06). Untuk analisis korelasi pada masing-masing faktor lingkungan kerja yang dilakukan dengan korelasi Pearson, diperoleh hasil bahwa Stimulant Scales yang terdiri dari Organizational Encouragement, Supervisory Encouragement, Work Group Support, Sufficient Resources, Challenging Work, dan Freedom menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan satu sama lain dan Obstacle Scales yang terdiri dari Workload Pressure dan Organizational Impediments juga menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan satu sama lain. Dari hasil analisis korelasi juga diketahui bahwa salah satu faktor dari Stimulant Scales yaitu Sufficient Resources menunjukkan hubungan yang signifikan dengan seluruh faktor dari Stimulant Scales dan seluruh faktor dari Obstacle Scales. Fishbone diagram digunakan untuk menganalisis akar penyebab lingkungan kerja yang tidak mendukung kreativitas dan ditemukan bahwa kurangnya resources atau sumber daya merupakan masalah utama pada lingkungan kerja yang mendukung kreativitas di PT. XYZ. Kurangnya sumber daya terutama informasi berasal dari tidak adanya informasi yang merupakan akibat dari silo organisasi, tidak adanya sharing session dengan karyawan senior, tidak tersedianya platf orm untuk melakukan knowledge sharing, serta minimnya fasilitas dan anggaran yang disebabkan pemotongan dana oleh perusahaan disebabkan situasi pandemi. Berdasarkan temuan tersebut, penulis mengajukan beberapa rekomndasi seperti membuat program untuk membangun keselarasan di antara tim kepemimpinan, melakukan daily stand-up meeting, menciptakan lingkungan kondusif untuk berbagi pengetahuan, menggunakan bantuan platform untuk berbagi knowledge, dan membuat rencana pengelolaan sumber daya (resource management plan) untuk mengelola sumber daya di perusahaan.