digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Salah satu produk unggulan dari PT. Dirgantara Indonesia adalah helikopter AS332L2 Super Puma yang digunakan sebagai helikopter kepresidenan Indonesia. Dalam mendukung misi kepresidenan untuk menjangkau daerah yang terpencil, maka PT.Dirgantara Indonesia melakukan kerja sama dengan Kementerian Sekretariat Negara untuk melakukan pengadaan dua unit helikopter Super Puma. Helikopter tersebut harus bisa dijamin kemampuan terbangnya sehingga dapat digunakan setiap saat dibutuhkan. Namun, kondisi yang terjadi pada dua tahun terakhir 2019 dan 2020, kemampuan terbang dari helikopter tersebut masih belum optimal, yaitu hanya 42% di tahun 2019 dan 58% di tahun 2020 dari target terbang helicopter optimal sebesar 90%. Hal ini menyebabkan helikopter menjadi tidak bisa terbang dan akan mengganggu misi kepresidenan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengoptimalkan kemapuan terbang dari helikopter Super Puma menggunakan metode Part by Hour. Berdasarkan hasil analisis, hal yang menyebabkan rendahnya kemampuan terbang adalah terlambatnya pemenuhan komponen pengganti untuk helikopter. Ada dua akar permasalahan yang menyebabkan hal tersebut terjadi, yaitu lemahnya bisnis model yang ada saat ini dan faktor keberadaan komponen yang berada di luar negeri. Berdasaran analisa akar permasalahan tersebut, maka diperoleh dua solusi alternatif yang memungkinkan untuk mempercepat kedatangan material ke PT. Dirgantara Indonesia sehingga komponen pengganti dapat segera diserahkan kepada pengguna adalah dengan mengubah skema bisnis proses yang ada saat ini dan membuat tambahan gudang di PT. Dirgantara Indonesia. Alternatif solusi tersebut diperkirakan dapat meningkatkan kemampuan terbang dari helikopter sesuai ekspektasi target yaitu sebesar 90% sehingga bisa berkontribusi untuk mendukung misi kepresidenan secara penuh dalam menjalankan kedaulatan negara. Selain itu, solusi alternatif tersebut juga dapat meningkatkan keuntungan kepada PT. Dirgantara Indonesia di tahun-tahun berikutnya.