digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Husnawati
PUBLIC yana mulyana

COVER Husnawati
PUBLIC yana mulyana

BAB 1 Husnawati
PUBLIC yana mulyana

BAB 2 Husnawati
PUBLIC yana mulyana

BAB 3 Husnawati
PUBLIC yana mulyana

BAB 4 Husnawati
PUBLIC yana mulyana

BAB 5 Husnawati
PUBLIC yana mulyana

PUSTAKA Husnawati
PUBLIC yana mulyana

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang perlu diwaspadai dan tidak ada tanda khusus serta dapat menyebabkan kematian tiba-tiba. Prevalensi hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia. Ketidakpatuhan minum obat sudah umum dan secara signifikan dikaitkan dengan kesulitan akses untuk mendapatkan obatobatan, terlebih lagi pada pasien yang tinggal jauh dari pusat layanan kesehatan, seperti yang terjadi di beberapa kecamatan di kota Pekanbaru. Untuk mendapatkan pengobatan yang efektif, perlu adanya edukasi mengenai sifat dasar hipertensi dan pentingnya kepatuhan pengobatan. Untuk melakukan hal ini, diperlukan kerjasama apoteker dengan profesional kesehatan lainnya serta keluarga sebagai orang terdekat pasien dalam mendukung keberhasilan pengobatan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model intervensi apoteker. Model yang dikembangkan ini dapat meningkatkan kepatuhan minum obat pasien, sehingga dapat dijadikan sebagai bentuk intervensi apoteker, khususnya apoteker komunitas dalam meningkatkan kepatuhan minum obat pasien. Penelitian ini merupakan penelitian mixed methods yang terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap 1, penelitian deskriptif untuk mengeksplorasi karakteristik pasien, apoteker, keluarga dan profesional kesehatan; tahap 2, penelitian kualitatif grounded theory berupa pengembangan model intervensi melalui kolaborasi profesional kesehatan dan pemberdayaan keluarga; dan tahap 3, yaitu penelitian quasi eksperiment with control group pretest postest design dalam rangka penerapan model intervensi yang telah dikembangkan pada tahap 2. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi ?45 tahun yang menjalani terapi dan mendapatkan antihipertensi dan keluarganya yang memenuhi kriteria inklusi serta petugas kesehatan yang terlibat dalam pelayanan pasien hipertensi. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Data dianalisa dengan menggunakan SPSS. Hasil uji penelitian tahap 1 menunjukan karakteristik apoteker berikut: mayoritas berjenis kelamin perempuan (80%), rentang usia dewasa awal/18-40 tahun (80%), dan lama bekerja 1-5 tahun (60%). Adapun karakteristik tenaga kesehatan lainnya adalah: semuanya berjenis kelamin perempuan, rentang usia dewasa awal/18-40 tahun (50%) dan dewasa madya/41-60 tahun (50%), dan lama bekerja 6-10 tahun (40%). Pasien memiliki karakteristik berikut: mayoritas adalah perempuan (72,3%), rentang usia 45-59 tahun/usia pertengahan (50%), tingkat pendidikan tamat SD/sederajat (48,6%), lama menderita 1-5 tahun (49,1%), tidak merorok (89,1%), tidak minum alkohol (98,2%), waktu istirahat 6-8 jam/hari (61,4%), dan olahraga tidak rutin (50%). Sedangkan karakteristik keluarga pasien menunjukkan, mayoritas adalah perempuan (60,9%), dengan rentang usia 36-45 tahun (28,6%), tingkat pendidikan tamat SMA/sederarajat (41,4%) dan hubungan dengan pasien yang terbanyak adalah anak/cucu kandung (59,1%). Dari penelitian tahap 1 juga diperoleh data kuantitatif yang terdiri dari pengetahuan apoteker, tenaga kesehatan lainnya dan pasien/keluarga tentang hipertensi; persepsi tentang peran apoteker; dan pemberdayaan keluarga yang dilakukan oleh apoteker. Hasil menunjukkan bahwa pengetahuan sebagian besar apoteker, tenaga kesehatan lain, pasien dan keluarga berada pada tingkat sedang dengan persentase berturut-turut adalah 100%, 80%, 65% dan 76,8%. Persepsi tentang peran apoteker menurut apoteker, tenaga kesehatan lainnya, pasien dan keluarga mayoritas juga berada pada tingkat sedang dengan persentase berturutturut adalah 80%, 60% 81,4%, dan 83,2%. Uji deskriptif tentang kolaborasi apoteker dengan tenaga kesehatan lainnya menurut apoteker dan tenaga kesehatan lainnya juga menunjukkan hasil pada tingkat sedang, yaitu 80%. Persentase terkait pemberdayaan keluarga oleh apoteker, menurut apoteker, tenaga kesehatan lainnya, pasien dan keluarga berada pada tingkat sedang, berturut-turut sebesar 80%, 90%, 77,7% dan 86,8%. Hasil studi tentang gambaran peran yang telah dilakukan apoteker di puskesmas berkaitan dengan penatalaksanaan hipertensi, menunjukkan mayoritas berada pada tingkat sedang (80%). Untuk peran keluarga dalam manajemen hipertensi dirumah, mayoritas juga berada pada tingkat sedang (84,1%). Hasil penelitian kualitatif pada tahap 1 melalui FGD mengindikasikan peran apoteker masih terbatas pada penyerahan obat dan penyediaan informasi singkat walau sudah ada yang turut terlibat dalam program interaksi langsung dengan masyarakat, seperti di posyandu dan senam lansia. Lebih lanjut ditemukan bahwa ada masalah dengan beban apoteker yang tinggi dan kurangnya pelatihan serta keterbatasan jumlah apoteker dan adanya apoteker yang memiliki jabatan rangkap. Terungkap pula kebutuhan peningkatan kuantitas serta kualitas apoteker dalam bentuk pelatihan. Kolaborasi apoteker dan pemberdayaan keluarga belum terlaksana dengan baik, dan kolaborasi masih terbatas dalam hal penyediaan obat. Lebih jauh hasil tahap 1 menunjukkan perlunya sosialisasi peran apoteker di puskesmas, dan harapan pasien akan adanya pemberian informasi obat dan konseling bersama dengan pemberian obat. Berdasarkan hasil penelitian tahap 1, maka dilakukanlah penelitian tahap 2 yaitu pengembangan model intervensi apoteker. Model ini terdiri dari 2 tahap, yaitu pre-intervensi (sosialisasi dan training) dan intervensi (kolaborasi dan pemberdayaan keluarga). Penelitian tahap 3 merupakan penerapan model intervensi. Sebelum dilakukan penerapan model intervensi, terlebih dahulu dilakukan uji coba pada 110 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok, intervensi dan kontrol. Hasil uji coba menunjukkan adanya peningkatan kepatuhan pada kelompok intervensi yang berbeda bermakna (p<0,05) dibandingkan kontrol. Hasil ini sejalan dengan penurunan bermakna tekanan sistolik dan diastol pada kelompok intervensi (p<0,05). Hasil positif dari uji coba dilanjutkan dengan penerapan model intervensi terhadap 110 responden di daerah lain yang memiliki karakteristik sama. Hasil serupa dalam hal kepatuhan dan tekanan darah diperoleh pada penerapan model, yang menunjukkan bahwa model intervensi apoteker melalui kolaborasi profesional kesehatan dan pemberdayaan keluarga dapat meningkatkan kepatuhan minum obat pasien pra lansia dan lansia hipertensi.