digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Lalu lintas perkotaan merupakan salah satu kunci penting untuk mengatasi kemacetan lalu lintas dan mengoptimalkan dampak positif urbanisasi sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional. Menurut data Bappenas, 41% PDB nasional tahun 2017 berasal dari 6 wilayah metropolitan. Mengingat belum tersedianya sistem transportasi umum yang terintegrasi, banyaknya perjalanan yang ditimbulkan, ditambah dengan pertumbuhan penduduk yang terus menerus, mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan sarana dan prasarana transportasi umum yang memadai di Kota X. Oleh karena itu, PT. Ide ABC adalah merancang sistem transportasi umum City X yang terintegrasi dengan sistem transportasi Jabodetabek melalui skema public private partnership (PPP). Sistem yang dimaksud adalah angkutan massal yaitu Bus Rapid Transit (BRT) yang menyelenggarakan pelayanan angkutan umum secara teratur dan terintegrasi. Pembangunan Proyek Bus Rapid Transit di kota X membutuhkan dana investasi modal sebesar Rp 1.341.205.480.103. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan uji kelayakan yang salah satunya adalah kelayakan finansial. Jika proyek tersebut layak secara ekonomi tetapi tidak layak secara finansial, Pemerintah harus mendukung proyek tersebut. Menyadari kebutuhan tersebut, berdasarkan Perpres No.38 / 2015, Pemerintah mendukung proyek KPBU di Indonesia melalui Pembayaran Ketersediaan. Konsep perjanjian yang digunakan dalam proyek ini adalah Build-Operate-Transfer (BOT) yang menginstruksikan kepada Investor untuk merancang, membangun, mengalihkan proyek kepada Pemerintah pada akhir masa konsesi. Melalui penelitian ini penulis menganalisis kelayakan rencana investasi ini dengan menghitung proyeksi biaya investasi, pendapatan, dan pengeluaran yang dibutuhkan selama operasi. Kelayakan suatu rencana investasi dapat dibiayai dengan menggunakan parameter Discounted Cash Flow (DCF) yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). Untuk mengetahui variabel mana saja yang mempengaruhi kelayakan finansial suatu proyek, penulis menggunakan analisis sensitivitas dan analisis skenario. Selain itu, simulasi Monte Carlo juga dilakukan dalam penelitian ini untuk memberikan informasi mengenai kemungkinan pengaruh ketidakpastian dari beberapa variabel terpilih. Dalam Proyek Bus Rapid Transit dengan Pembayaran Ketersediaan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa proyek layak secara finansial dengan NPV sebesar Rp. 198.686.310.240, IRR 11% lebih tinggi dari WACC 9,27, dan payback period 6.849 tahun. Pembayaran Ketersediaan, Belanja Modal Proyek, Suku bunga pinjaman dan kenaikan upah merupakan variabel yang mempengaruhi kelayakan proyek. Berdasarkan hasil simulasi Monte Carlo dengan menggunakan 1000 iterasi, proyek tersebut memiliki probabilitas sebesar 26% dalam membuat proyek tidak layak. Nilai mean dari hasil simulasi Monte Carlo adalah Rp. 1.372.029 juta yang dianggap sebagai proyek yang menguntungkan. Menggunakan konsep Value for Money proyek BRT dengan menggunakan skema KPBU memberikan efisiensi yang lebih baik dibandingkan dengan pembangunan menggunakan skema konvensional.