Lalu lintas perkotaan merupakan salah satu kunci penting untuk mengatasi kemacetan lalu lintas dan
mengoptimalkan dampak positif urbanisasi sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional.
Menurut data Bappenas, 41% PDB nasional tahun 2017 berasal dari 6 wilayah metropolitan. Mengingat
belum tersedianya sistem transportasi umum yang terintegrasi, banyaknya perjalanan yang ditimbulkan,
ditambah dengan pertumbuhan penduduk yang terus menerus, mengakibatkan meningkatnya kebutuhan
akan sarana dan prasarana transportasi umum yang memadai di Kota X. Oleh karena itu, PT. Ide ABC
adalah merancang sistem transportasi umum City X yang terintegrasi dengan sistem transportasi
Jabodetabek melalui skema public private partnership (PPP). Sistem yang dimaksud adalah angkutan
massal yaitu Bus Rapid Transit (BRT) yang menyelenggarakan pelayanan angkutan umum secara teratur
dan terintegrasi.
Pembangunan Proyek Bus Rapid Transit di kota X membutuhkan dana investasi modal sebesar Rp
1.341.205.480.103. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan uji kelayakan yang salah satunya adalah
kelayakan finansial. Jika proyek tersebut layak secara ekonomi tetapi tidak layak secara finansial,
Pemerintah harus mendukung proyek tersebut. Menyadari kebutuhan tersebut, berdasarkan Perpres No.38
/ 2015, Pemerintah mendukung proyek KPBU di Indonesia melalui Pembayaran Ketersediaan. Konsep
perjanjian yang digunakan dalam proyek ini adalah Build-Operate-Transfer (BOT) yang menginstruksikan
kepada Investor untuk merancang, membangun, mengalihkan proyek kepada Pemerintah pada akhir masa
konsesi. Melalui penelitian ini penulis menganalisis kelayakan rencana investasi ini dengan menghitung
proyeksi biaya investasi, pendapatan, dan pengeluaran yang dibutuhkan selama operasi. Kelayakan suatu
rencana investasi dapat dibiayai dengan menggunakan parameter Discounted Cash Flow (DCF) yaitu Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). Untuk mengetahui variabel
mana saja yang mempengaruhi kelayakan finansial suatu proyek, penulis menggunakan analisis sensitivitas
dan analisis skenario. Selain itu, simulasi Monte Carlo juga dilakukan dalam penelitian ini untuk
memberikan informasi mengenai kemungkinan pengaruh ketidakpastian dari beberapa variabel terpilih.
Dalam Proyek Bus Rapid Transit dengan Pembayaran Ketersediaan. Hasil perhitungan menunjukkan
bahwa proyek layak secara finansial dengan NPV sebesar Rp. 198.686.310.240, IRR 11% lebih tinggi dari
WACC 9,27, dan payback period 6.849 tahun. Pembayaran Ketersediaan, Belanja Modal Proyek, Suku
bunga pinjaman dan kenaikan upah merupakan variabel yang mempengaruhi kelayakan proyek.
Berdasarkan hasil simulasi Monte Carlo dengan menggunakan 1000 iterasi, proyek tersebut memiliki
probabilitas sebesar 26% dalam membuat proyek tidak layak. Nilai mean dari hasil simulasi Monte Carlo
adalah Rp. 1.372.029 juta yang dianggap sebagai proyek yang menguntungkan. Menggunakan konsep
Value for Money proyek BRT dengan menggunakan skema KPBU memberikan efisiensi yang lebih baik
dibandingkan dengan pembangunan menggunakan skema konvensional.