Penyediaan energi berkelanjutan untuk semua adalah tujuan nomor tujuh dari tujuan pembangunan
berkelanjutan yang sudah disepakati oleh negara-negara untuk dicapai di tahun 2030. Sebagai bagian
dari negara di seluruh dunia, Indonesia juga telah menentukan target untuk sumber energi berkelanjutan.
23% dari bauran energi harus berasal dari energi terbarukan seperti tertera pada RPUTL 2019-2028.
Dikarenakan target yang harus dicapai dalam waktu tertentu, PT. XYZ sebagai perusahaan yang
memiliki tanggung jawab terkait kelistrikan di Indonesia harus bekerja keras untuk mencari dan
berinvestasi dalam energi terbarukan. Di Sumatera Barat, ada satu sungai yang memiliki potensi untuk
membuat pembangkit listrik tenaga air yang diharapkan menghasilkan 296.104.624 kWh.
Pembangunan dari pembangkit listrik tenaga air itu sendiri akan dimulai dari awal yang tentunya akan
mengeluarkan biaya besar. Perusahaan harus mempertimbangkan apakah bijak untuk berinvestasi
dalam membangun pembangkit listrik tenaga air atau tidak.
Riset ini bertujuan untuk menganalisis studi kelayakan finansial dari pembangkit listrik tenaga air di
Sumatra Barat, performa finansial dari proyek itu sendiri, dan mencari variable yang mempengaruhi
proyek. Riset ini melakukan analisis lingkungan dengan menggunakan analisis PESTEL untuk
mengetahui apakah lingkungan mendukung pelaksanaan proyek atau tidak. Meskipun analisis
lingkungan menunjukkan bahwa mayoritas lingkungan mendukung pelaksanaan proyek, penulis
menemukan bahwa perusahaan harus berhati-hati dengan ketidakpastian yang mungkin terjadi di dalam
proses pelaksanaan proyek. Analisis studi kelayakan dilakukan dengan menggunakan metode
discounted cashflow dan dievaluasi menggunakan Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), dan Payback Period (PP). Untuk mengetahui variabel mana yang mempengaruhi kelayakan
finansial suatu proyek, penulis menggunakan analisis sensitivitas dan analisis scenario. Terlebih lagi,
simulasi Monte Carlo juga dilakukan dalam riset ini untuk memberikan informasi terkait dengan
peluang dari pengaruh ketidakpastian dari beberapa variable yang terpilih.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa proyek layak secara finansial dengan NPV sebesar Rp.
1,832,776,500,481, IRR sebesar 15,77% yang lebih besar dari weighted average cost of capital
(WACC), dan payback period selama 9,15 tahun. Performa finansial juga menunjukan hasil yang
memuaskan dengan index keuntungan proyek sebesar 5,41. Bunga pinjaman jangka panjang, factor
kapasitas, kesepakatan harga, kebutuhan CAPEX, dan tingkat pertumbuhan inflasi menjadi lima besar
variable yang mempengaruhi kelayakan dari proyek. Berdasarkan hasil simulasi Monte Carlo dengan
1000 iterasi, proyek tersebut memiliki peluang 6,34% dalam membuat proyek menjadi tidak layak.
Penulis juga mengusulkan beberapa rencana mitigasi untuk meminimalisir peluang proyek menjadi
tidak layak dikarenakan oleh ketidakpastian variabel.
Perpustakaan Digital ITB