Pendekatan kombinasi imunisasi Inactivated Polio Vaccine (IPV) dan Oral Polio Vaccine (OPV) dalam
program eradikasi polio oleh WHO menyebutkan bahwa setidaknya satu dosis IPV perlu diperkenalkan
dalam program vaksinasi rutin di setiap negara. Keberhasilan penerapan IPV dalam program eradikasi
polio di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, akan bergantung
pada ketersediaan vaksin yang efektif dengan harga terjangkau. Vaksin heksavalen merupakan salah
satu pendekatan potensial untuk memperkenalkan IPV dengan harga yang relatif murah melalui vaksin
kombinasi. Selain itu, vaksin heksavalen dapat menyederhanakan jadwal imunisasi rutin yang
kompleks, mengurangi biaya pengiriman dan injeksi, dan meningkatkan kepatuhan. Sebagai
perusahaan milik negara yang memproduksi dan juga memasok kebutuhan vaksin dalam program
imunisasi wajib Indonesia, Bio Farma bermaksud untuk mengembangkan vaksin heksavalen sebagai
upaya untuk memperkenalkan vaksin kombinasi yang mengandung IPV dalam program imunisasi wajib
untuk bayi dan balita Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai kelayakan finansial dari
proyek pengembangan vaksin heksavalen. Analisis lingkungan eksternal dan internal dilakukan untuk
menggambarkan situasi bisnis dalam merumuskan strategi untuk mengatasi masalah bisnis. Studi ini
menekankan teknik penganggaran modal untuk mengevaluasi proyek investasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa proyek pengembangan vaksin heksavalen layak secara finansial karena nilai bersih
saat ini yang positif (Rp 209,308,155,779), periode pengembalian yang lebih singkat (9.03 tahun) dari
periode proyek (20 tahun), dan tingkat pengembalian internal (30.60%) yang lebih besar dari biaya
modal rata-rata tertimbang (18,52%). Analisis sensitivitas mengungkapkan bahwa harga jual
merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap nilai bersih proyek saat ini. Kurangnya jumlah
sumber daya manusia yang tersedia merupakan risiko dengan tingkat prioritas penanganan tertinggi
berdasarkan penilaian risiko. Beberapa tindakan dapat dipertimbangkan untuk mengurangi risiko ini,
seperti meningkatkan efisiensi kerja, menyediakan sistem insentif, dan kesiapan penyelia dan manajer
untuk mengambil bagian dalam kegiatan teknis jika diperlukan.