digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Konsumsi LPG terus meningkat seiring dengan dicanangkannya program konversi minyak tanah ke gas oleh pemerintah pada tahun 2007. Namun sayangnya, peningkatan konsumsi LPG yang terus meningkat tiap tahunnya, tidak mampu diimbangi oleh produksi LPG dalam negeri, sehingga kebutuhan LPG harus dipenuhi oleh impor. Hal ini membebani anggaran belanja negara (APBN) tidak hanya untuk biaya impor namun juga biaya subsidi LPG. Berbagai usaha dilakukan oleh pemerintah untuk menekan biaya pokok & biaya subsidi LPG, namun dengan tetap menjaga ketahanan stok LPG di Indonesia. Pertamina, sebagai BUMN Holding Migas, diberikan mandat oleh pemerintah untuk memanfaatkan fasilitas tidak terpakai eksisting untuk dijadikan lokasi penyimpanan dan pemrosesan LPG (“LPG Hub”) dengan tujuan untuk menekan biaya sewa kapal penyimpanan dan meningkatkan stok LPG domestik. Salah satu fasilitas yang berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi LPG Hub adalah kilang LPG PT Badak NGL dengan beberapa pekerjaan modifikasi. Namun sebelum dilakukan pengembangan fasilitas LPG Hub, diperlukan analisa bisnis yang komprehensif untuk mengevaluasi kondisi bisnis, kelayakan proyek, strategi pendanaan, dan penentuan biaya pemrosesan. Dalam mengevaluasi kondisi bisnis digunakan analisa PESTEL, SWOT, dan analisa keuangan perusahaan. Untuk mengevaluasi kelayakan proyek digunakan metode penganggaran modal dengan mempertimbangkan NPV, IRR, DPB, dan PI. Strategi pendanaan proyek dilakukan untuk menentukan sumber & proporsi dana dengan biaya modal yang rendah. Terakhir namun tidak kalah penting, parameter proyek yang sangat berpengaruh terhadap kelayakan proyek akan dianalisa, sehingga bisa ditentukan rencana mitigasinya melalui analisa sensitivitas dan manajemen resiko. Dari hasil analisa bisnis, proyek pengembangan fasilitas LPG Hub merupakan proyek yang menarik dan layak untuk dilakukan karena sejalan dengan program pemerintah serta dapat memberikan nilai NPV sebesar 53 juta dolar, nilai pengembalian 14.76%, durasi pengembalian 7.27 tahun, dan indeks keuntungan sebesar 3.66. Untuk pendanaan proyek, penggunaan pinjaman bank perlu dimaksimalkan karena memiliki biaya modal yang lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan modal perusahaan atau dana pemegang saham. Selanjutnya dari hasil analisa sensitivitas, diketahui bahwa biaya investasi dan volume LPG merupakan dua parameter yang paling berpengaruh terhadap kelayakan proyek. Oleh karena itu sebagai mitigasi diperlukan adanya kontrol anggaran yang baik dan kesepakatan minimum volume LPG yang harus dibayar oleh pengguna.