digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Andri Respati Wicaksono
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Andri Respati Wicaksono
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Andri Respati Wicaksono
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Andri Respati Wicaksono
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Andri Respati Wicaksono
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Andri Respati Wicaksono
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

Pergerakan industri kreatif berkembang sangat pesat, mulai dari jenis pekerjaan yang diciptakan, karakteristik manusia yang terlibat di dalamnya, hingga keberadaan platform untuk menikmati pekerjaan itu sendiri. Peluang bisnis ini menjadi sangat terlihat dan menarik dengan statistik yang menunjukkan penetrasi pengguna internet dan waktu rata-rata yang mereka habiskan untuk menggunakan internet dan media sosial di Indonesia. Menurut penelitian dari Asosiasi Penyedia Layanan Internet Indonesia (APJII) tentang seberapa besar penetrasi pengguna internet di Indonesia pada tahun 2018, dari total populasi Indonesia sebanyak 264,16 juta, ada 171,17 juta orang yang menggunakan Internet atau dalam persentase dapat dikonversi menjadi 64,8% dari populasi menggunakan internet. Salah satu tren orang melakukan kegiatan ini adalah karena popularitas platform berbagi video yang berasal dari Amerika Serikat, yaitu YouTube. Fenomena ini merambah seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Menurut penelitian tentang konten internet yang paling banyak dikunjungi dari kategori hiburan pada tahun 2018, untuk pertama kalinya menonton film dan video mencapai 45,3% sebagai konten yang paling banyak dikunjungi dari kategori hiburan. Namun, Vidio sebagai platform berbagi video yang berasal dari Indonesia mengalami kesulitan untuk mencapai target manajemen mereka untuk mendapatkan jumlah pemirsa dan juga berdasarkan kuesioner yang penulis sebarkan kepada publik dari 80 responden, hanya 30% yang menggunakan atau mengakses Vidio. Pada titik ini, Vidio harus menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Untuk menganalisa masalah tersebut, penulis menggunakan kerangka kerja generic framework yang terdiri dari Analisa PESTEL, Analisa SWOT, dan Analisa Segmenting, Targeting, dan Positioning. Generic framework membantu penulis untuk menganalisa dalam hal faktor internal dan eksternal yang akan mempengaruhi perusahaan. Kemudian, proses akan berlanjut menuju Analisia dengan menggunakan Thematic Framework, kerangka ini digunakan untuk menganalisa masalah yang terjadi secara lebih spesifik dan detail. Kerangka kerja yang digunakan untuk penelitian kali ini terdiri dari Analisia Five A Model, Analisa pemicu user menonton konten berformat Video, dan Analisa Consumer Journey. Five A Model digunakan untuk menganalisis kondisi perusahaan di pasar termasuk orang-orang yang sadar akan merek Vidio, Analisa pemicu user menonton konten berformat Video yang digunakan untuk menilai faktor-faktor apa yang memicu pengguna untuk menonton konten berformat video dan Analisa Consumer Journey membantu untuk menganalisis interaksi yang terjadi antara pengguna dengan perusahaan, produk, atau layanan yang disediakan perusahaan. Untuk memecahkan masalah dalam hal meningkatkan pemirsa dan meningkatkan kesadaran merek Vidio di masyarakat. Oleh karena itu, penulis mengusulkan solusi melalui menentukan segmentasi baru, penargetan dan posisi untuk mendapatkan pengguna tertentu yang akan setia dan sesuai dengan kekuatan Vidio, dan juga strategi pemasaran menggunakan Integrated Marketing Commuication untuk membantu Vidio mendapatkan lebih banyak pemirsa dan meningkatkan branding dari Vidio.