






Keberangkatan Pekerja Migran Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, hal tersebut dikarenakan meningkatnya demand terhadap kebutuhan tenaga kerja dari berbagai negara di Dunia, dalam rangka mengisi kekosongan di beberapa sektor. Peningkatan Pekerja Migran Indonesia setiap tahunnya memberikan tantangan juga peluang bagi BPJS Ketenagakerjaan untuk memperluas manfaat dan perannya sesuai dengan amanat Undang-Undang Republik Indonesia No.18 Tahun 2017. Dalam implementasinya, program BPJS Ketenagakerjaan untuk Pekerja Migran umumnya terdiri dari layanan Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM) yang bertujuan untuk melindungi pekerja migran dari risiko masa depan. Namun, kurang optimalnya tingkat partisipasi pekerja migran Indonesia dalam program BPJS Ketenagakerjaan menjadi salah satu tantangan utama dalam upaya perlindungan tenaga kerja di luar negeri. Berdasarkan data per Juni 2024, diketahui bahwa membership ratio pekerja migran terhadap BPJS Ketenagakerjaan berada pada level sekitar 12,6%, menunjukkan bahwa masih terdapat kesenjangan antara layanan BPJS Ketenagakerjaan dengan tingkat kesadaran serta pemanfaatan program oleh pekerja migran. Masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah kurang optimalnya kegiatan komunikasi pemasaran BPJS Ketenagakerjaan, terutama dalam memanfaatkan platform digital sebagai sarana edukasi dan pemasaran yang dapat menjangkau berbagai negara. Pekerja migran Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda dengan audiens dalam negeri, baik dalam hal akses informasi dan preferensi komunikasi. Oleh karena itu, pendekatan komunikasi yang digunakan harus lebih spesifik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan inisiatif komunikasi pemasaran terpadu yang relevan bagi BPJS Ketenagakerjaan dalam menjangkau pekerja migran. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pengambilan data menggunakan kuesioner yang kemudian diolah dengan weighted scoring method, di mana setiap elemen komunikasi pemasaran dinilai berdasarkan tingkat relevansi pekerja migran. Responden dalam penelitian ini adalah pekerja migran di beberapa negara tujuan dengan tingkat keberangkatan tinggi beberapa tahun terakhir, seperti Malaysia, Hong Kong, Taiwan, Korea Selatan, dan Jepang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media sosial serta acara komunitas merupakan channel komunikasi yang paling efektif untuk menjangkau pekerja migran. Hal ini mengindikasikan bahwa pekerja migran lebih cenderung mengakses informasi melalui platform digital yang bersifat interaktif, serta berbasis komunitas yang memberikan ruang bagi komunikasi. Selain itu, dalam aspek desain komunikasi, penelitian ini menemukan bahwa kolaborasi dengan institusi terpercaya dan penyampaian informasi berbasis manfaat serta pengalaman pengguna merupakan pendekatan yang relevan untuk meningkatkan kepercayaan pekerja migran terhadap program BPJS Ketenagakerjaan. Sementara itu, aktivitas komunikasi seperti billboard, direct marketing dan kolaborasi dengan influencer memiliki relevansi yang lebih rendah. Berdasarkan hasil analisa, penelitian ini merekomendasikan BPJS Ketenagakerjaan, untuk melakukan optimalisasi kampanye digital, peningkatan kolaborasi dengan institusi dan komunitas, serta penyediaan materi pemasaran yang berfokuskan pada generasi muda. Dengan adanya inisiatif komunikasi yang lebih relevan, diharapkan BPJS Ketenagakerjaan dapat meningkatkan perannya sebagai penyedia perlindungan sosial yang dapat diakses oleh seluruh pekerja migran Indonesia.