digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pupuk Kujang adalah anak perusahaan dari Perusahaan Induk PT Pupuk Indonesia (Persero), kegiatan bisnis utamanya bergerak di bidang industri pupuk dan petrokimia turunannya. Saat ini Pupuk Kujang menjalankan fungsi ganda, yaitu mendistribusikan pupuk bersubsidi melalui Public Service Obligation (PSO), dan juga menjual produk non-subsidi. Pendapatan perusahaan sebagian besar berasal dari pupuk bersubsidi, akan tetapi terdapat rencana pemerintah untuk mengubah pola kebijakan subsidi dari subsidi tidak langsung melalui produsen pupuk menjadi subsidi langsung kepada petani, hal ini membuat perusahaan harus dapat bersaing di pasar pupuk non-subsidi. Masalah yang dihadapi oleh Pupuk Kujang dalam bersaing di pasar pupuk non-subsidi adalah tingginya biaya produksi, salah satunya disebabkan oleh adanya pabrik yang sudah tua dan tidak efisien, yaitu pabrik K1A. Penelitian ini bertujuan untuk membantu Pupuk Kujang dalam melakukan penilaian keuangan terhadap pabrik K1A apabila perubahan pola kebijakan subsidi diterapkan. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi isu bisnis, yaitu opsi penutupan pabrik K1A. Kemudian dilakukan analisa situasi bisnis menggunakan analisa performance dan analisa eksternal dan internal. Analisa eksternal menggunakan PESTEL dan porter five force, sedangkan analisa internal menggunakan SWOT. Langkah selanjutnya dilakukan valuasi menggunakan discounted cash flow dengan pendekatan Operating cash flow untuk mendapatkan NPV dari pabrik K1A. Operating cash flow dihitung dengan membuat proyeksi keuangan untuk 10 tahun ke depan dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2029. Proyeksi arus kas masuk dan arus kas keluar didiskontokan menggunakan Weight Average Cost of Capital (WACC). Dalam perhitungan WACC, biaya ekuitas menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan biaya utang menggunakan imbal hasil obligasi PT Pupuk Indonesia (Persero). Biaya ekuitas diperoleh sebesar 17,9% dan biaya utang sebesar 7,9%. Dengan rasio utang sebesar 28,39% dan rasio ekuitas sebesar 71,61%, dihasilkan WACC sebesar 14,5%. Hasil akhir dari penilaian ini, pabrik K1A mendapatkan NPV negatif sebesar - Rp 191.755.554.497, sehingga opsi menutup pabrik jika perubahan pola kebijakan subsidi diterapkan akan membuat kinerja keuangan Pupuk Kujang menjadi lebih baik. Dalam penelitian ini dilakukan analisa sensitivitas untuk mengetahui variabel-variabel yang paling berpengaruh terhadap nilai NPV. Dengan menggunakan crystal ball software, didapatkan empat variabel yang berpengaruh terhadap nilai NPV, yaitu harga jual, harga gas alam, rasio konsumsi, dan nilai tukar kurs US dollar. Harga jual berkorelasi positif terhadap NPV, kenaikan harga jual sebesar 10% atau lebih akan menjadikan NPV pabrik K1A menjadi positif. Sedangkan harga gas alam, rasio konsumsi, dan nilai tukar kurs US dollar berkorelasi negatif terhadap NPV, penurunan salah satu dari ketiga variabel tersebut sebesar 10% atau lebih akan menjadikan NPV pabrik K1A menjadi positif.