Peraturan Presiden Cina untuk perlindungan lingkungan telah menekan volume produksi kertas domestik Cina sementara permintaan domestik masih tumbuh, membuat peluang bagi negara asing untuk mengekspor kertas ke Cina terbuka lebar. Melihat peluang ini dan untuk memastikan ketersediaan bahan baku untuk produksinya, PT Alkindo Naratama Tbk mengakuisisi PT Eco Paper Indonesia, pemasok utamanya. Setelah akuisisi, harga saham pada 7 Februari 2019, dengan cepat naik dari IDR 404 per saham menjadi tertinggi sepanjang masa sebesar IDR 2.500 per saham pada 19 Februari 2019, tetapi kemudian turun ke harga awal sebesar IDR 404 per saham pada 4 Maret 2019.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai nilai sinergi di PT Alkindo Naratama setelah akuisisi pada PT Eco Paper Indonesia dan untuk menemukan harga intrinsik sahamnya setelah akuisisi. Nilai sinergi dihitung dengan pengurangan antara nilai perusahaan gabungan dan mandiri. Penilaian nilai perusahaan yang digunakan untuk nilai sinergi dan nilai ekuitas untuk harga intrinsik saham diukur menggunakan Discounted Free Cash Flow.
Dampak sinergi adalah efisiensi dalam operasi yang menghasilkan nilai sinergi IDR 19,106,679,009. Harga intrinsic pasar dari penilaian saham adalah IDR 487 yang naik 28.37% dari nilai saat ini. Dalam analisis sensitivitas, faktor signifikan untuk nilai Sinergi adalah penjualan kertas dan beta, sedangkan untuk nilai intrinsik saham adalah premi risiko ekuitas dan penjualan kertas olahan. Dalam simulasi Monte Carlo, nilai sinergi memiliki 25,47% sinergi negatif dan 74,52% sinergi positif, sedangkan untuk saham, kemungkinan untuk SELL (15% penurunan dari nilai pasar saat ini) adalah 4,52%, kemungkinan untuk BUY (turun 15%) adalah 63,91% dan kemungkinan untuk HOLD adalah 34,47%.
Rekomendasi bagi investor adalah membeli dengan target harga IDR 487. Rekomendasi bagi perusahaan adalah untuk meningkatkan ekspansi kapasitas, optimalisasi efisiensi dan perluasan pasar.
Perpustakaan Digital ITB