digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Era industri 4.0 saat ini adalah transformasi digital dari sektor industri. Setiap perusahaan bersaing untuk mengadaptasi teknologi digital sehingga mereka dapat terus eksis. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia mulai fokus pada inovasi. Salah satu bentuk nyata yang dilakukan oleh Telkom untuk mendorong inovasi adalah mendirikan Amoeba (startup internal), yang terdiri dari orang-orang yang memiliki keinginan tinggi untuk berinovasi. Dengan memberikan dana kepada karyawannya untuk mewujudkan ide-ide mereka yang telah diasumsikan Telkom dapat merampingkan biaya atau menjadi sumber pendapatan baru di masa depan. Perusahaan V adalah salah satu Amoeba yang berhasil dibina oleh Telkom. Perusahaan V menjalankan bisnis mereka dengan menyediakan platform chatbot untuk membantu pemilik bisnis meningkatkan komunikasi dan keterlibatan mereka dengan pelanggan mereka menggunakan BOT dan teknologi AI. Sebagai investor, Telkom perlu mencari tahu apakah Perusahaan V masih memenuhi syarat untuk tetap diinkubasi atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan proses valuasi pada perusahaan V untuk memberikan informasi nilai perusahaan V dan berapa banyak dana yang harus diberikan. Metode yang digunakan untuk memecahkan masalah pada penelitian ini adalah risk-based new venture valuation technique. Industri AI dianggap sebagai pasar yang baru berkembang di Indonesia sehingga metode ini dianggap relevan untuk mengetahui tingkat risiko yang dimiliki investor. Risk-based new venture valuation technique mampu mengatasi asimetri informasi untuk pengusaha dan investor dengan menggunakan real option theory untuk risiko komersialisasi. Dalam penelitian ini, hasilnya menunjukkan saat ini Perusahaan V berada di milestone 2, setelah sepenuhnya menyelesaikan milestone 1 dengan nilai valuasi sebesar 83,16 miliar rupiah. Nilai ini akan terus meningkat jika Perusahaan V dapat menyelesaikan validasi pasar menjadi 231,05 miliar rupiah. Jika validasi pasar selesai dan risiko normal diterapkan, penilaian Perusahaan V akan mencapai 568,23 miliar rupiah mulai dari tahun 3 bulan 5. Estimasi kebutuhan modal oleh perusahaan V setelah diambil alih oleh Telkom adalah 4,25 miliar rupiah atau 1,8% dari valuasi yang dihasilkan oleh Perusahaan V. Dapat disimpulkan bahwa Perusahaan V layak untuk dibina bahkan dapat menjadi unit bisnis baru karena Perusahaan V memiliki potensi besar sebagai sumber pendapatan baru Telkom.