Dengan akan berakhirnya Blok RKN PSC pada tahun 2021, PCI diharapkan untuk dapat mengoptimalkan biaya dalam usaha mempertahankan Non-Fuel OPEX lifting cost yang rendah. Operations & Maintenance (O&M) sebagai salah satu organisasi utama pada PCI memiliki peran dalam usaha memproduksi minyak bumi sesuai dengan rencana bisnis target dan diharapkan dengan biaya operasional yang rendah. Selain operasi untuk memproduksi minyak bumi, PCI juga berhadapan dengan beberapa kewajiban terkait keselamatan personil, keselamatan proses pada fasilitas, kewajiban kepatuhan lingkungan, dan kepatuhan terhadap peraturan pemerintah. Memprioritaskan dan memilih proyek, program atau kegiatan di O&M adalah salah satu strategi untuk melakukan optimisasi biaya yang dilakukan dalam tahap perencanaan anggaran. Saat ini belum ada model prioritisasi yang digunakan untuk memprioritaskan portofolio OPEX dan juga belum ada kriteria yang disepakati bersama dalam proses pengambilan keputusan untuk memprioritaskan portofolio OPEX.
Dalam penelitian ini ada 2 (dua) metode pengambilan keputusan yang digunakan yaitu metode Simple Multi-Attribute Rating Technique (SMART) dan metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Metode SMART digunakan untuk membuat daftar prioritasasi portfolio OPEX high-level. Portofolio ini dikembangkan berdasarkan Program Summary dalam proses WP&B. Sementara metode AHP yang dikombinasikan dengan pendekatan SMART digunakan untuk mengembangkan model prioritisasi untuk sub-kegiatan di bawah portofolio high-level.
Dalam metode SMART, dilakukan Focus Group Discussion (FGD) yang bertujuan mendefinisikan atribut yang perlu dipertimbangkan yaitu biaya, keselamatan personil, keselamatan proses, kepatuhan lingkungan, integritas asset dan dampak produksi. Berdasarkan analisa manfaat, dari 25 kegiatan dihasilkan peringkat pertama prioritas portofolio OPEX high-level adalah program Manajemen Keselamatan Proses (MKP). Sedangkan pada peringkat bawah adalah aktivitas idling. Untuk mendapatkan provisional decision, analisa perbandingan antara biaya dan manfaat dilakukan. Hal ini dilakukan untuk melihat alternatif mana yang bisa memberikan manfaat maksimum dengan total biaya yang paling sedikit.
Metode AHP yang dikombinasikan dengan pendekatan SMART digunakan untuk mengembangkan model prioritisasi untuk sub-kegiatan. Metode AHP digunakan untuk menentukan faktor bobot kriteria dan sub kriteria, sedangkan pendekatan SMART digunakan dengan melakukan direct rating untuk membuat skala alternatif dan untuk menentukan peringkat sub-kegiatan dan memprioritaskan dari peringkat tertinggi hingga terendah.
Untuk mengembangkan kriteria dan sub kriteria dengan faktor bobot, 2 (dua) survei dilakukan berturut-turut. Survei pertama adalah initial criteria survey dan yang kedua adalah pairwise comparison survey. Hasil analisa menghasilkan 5 (lima) kriteria utama dan 12 (dua belas) sub kriteria yang akan digunakan dalam AHP hierarcy structure. Kriteria utama tersebut adalah finansial, teknikal, keselamatan, kepatuhan dan lingkungan. Sedangkan sub kriteria yang dihasilkan adalah hasil produksi, LPO, rasio biaya terhadap manfaat, kehandalan, efisiensi, keselamatan personil, keselamatan proses, peraturan pemeritah, pedoman perusahaan, buangan air nihil, pencegahan tumpahan minyak, dan emisi gas udara.
Pairwise comparison dari kriteria utama menempatkan keselamatan menjadi kriteria yang paling penting dibandingkan dengan kriteria lain dengan menghasilkan faktor bobot tertinggi yaitu 0.440, sedangkan kriteria berikutnya yang menjadi lebih penting adalah kepatuhan dengan faktor bobot 0.284 dan dilanjutkan dengan kriteria lingkungan dengan faktor bobot 0.189. Dua kriteria lainnya yaitu finansial dan teknikal menjadi kurang penting dengan hasil faktor bobot yang mirip yaitu hanya 0.048 dan 0.040.
Untuk sub kriteria, pairwise comparison menghasilkan faktor bobot global dimana keselamatan personil memiliki bobot global terbesar yaitu 0.310. Sub kriteria kedua adalah kepatuhan terhadap peraturan pemerintan dengan bobot 0.221 dan yang ketiga adalah keselamatan proses dengan bobot 0.129. Sub kriteria di peringkat terbawah adalah LPO dengan bobot 0.008. Dengan menggunakan solusi masalah melalui program matematis Solver Tool di Microsoft Excel, analisis untuk memilih kegiatan dalam OPEX Portofolio yang memaksimalkan total manfaat dengan batasan anggaran tertentu dapat dilakukan.
Prioritisasi OPEX Portfolio akan bermanfaat digunakan untuk tahap perencanaan anggaran. Oleh karena itu, pelaksanaan hasil penelitian ini harus selaras dengan proses perencanaan bisnis tahunan. Setelah daftar prioritasasi high-level telah didapatkan dalam penelitian ini, tim perencanaan berkewajiban untuk melakukan tinjauan tahunan atas daftar prioritisasi tersebut. Tim fungsional sebagai pemilik kegiatan harus mengajukan rencananya dalam portofolio sub-kegiatan berdasarkan model penentuan prioritisasi yang dikembangkan dalam penelitian ini.
Perpustakaan Digital ITB